Mendeklarasikan diri menjadi madrasah unggulan, MI Ma’arif Ketegan Sidoarjo bakal menerapkan kurikulum Cambridge pada tahun depan. Hal itu disampaikan Kepala MI Ma’arif Ketegan, Umi Salamah yang mengaku sudah menyiapkan berbagai hal termasuk mengupgrade skill Bahasa Inggris para guru hingga mensosialisasikan kepada wali siswa.
Umi yang baru menjabat sebagai kepala madrasah pada Juli 2021 lalu, ia mengatakan, satu bulan pertama menjabat, hampir setiap hari melakukan Kelompok Kerja Guru (KKG). Setelah itu, setiap minggunya, ia membagikan ilmu baru, seperti penyusunan perangkat hingga membuat soal yang baik.
“Karena MI Ma’arif Ketegan ini madrasah bilingual, kami membuat dan menggandakan soal sendiri. Guru-guru kemudian diajarkan cara membuat naskah yang baik. Mulai dari kartu soalnya sampai kartu soal itu dijadikan soal. Bagaimana memilah materi esensialnya sampai menyusun indikator, sebab indikator soal dan indikator rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbeda,” ujarnya.
“Alhamdulillah, setahun terkhir kami sudah bisa membuat perangkat sendiri, menyusun soal sendiri, dan karena ini madrasah bilingual, harusnya pembelajaran bilingual semua. Maka, di tiga bulan pertama saya menjabat, di semua flyer saya tulis bilingual class program, karena sebagian dari kami itu kelas bilingual. Jadi, setiap jenjang itu terdiri dari empat kelas. Setiap kelasnya terdapat kelas bilingual dan reguler,” tambahnya.
Umi tidak ingin dengan adanya perbedaan kelas tersebut, kelas reguler dikesampingkan. Oleh karena itu, ia membuat sebuah loncatan baru, salah satunya mewajibkan seluruh guru di madrasah mengikuti tes Bahasa Inggris. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kemampuan dalam Bahasa Inggris, di samping juga membantu dalam mengembangkan materi Bahasa Inggris.
“Guru-guru ini mendapat pelatihan, mereka belajar mulai speaking, writing, listening, setiap minggunya. Bahkan, pada Semester 1 dilakukan english camp di Pacet selama dua hari, tujuannya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris. Di samping itu saya ingin anak-anak itu bukan hanya mahir saja dalam Bahasa Inggris, tapi aktif berbahasa Inggris. Jadi mereka bisa berbahasa Inggris karena dimulai dari gurunya. Kalau gurunya tidak bisa bagaimana mereka mendorong anak didiknya pintar berbahasa Inggris,” ujarnya.
Umi ingin di tahun kedua menjabat menerapkan kurikulum Cambridge. Beberapa persiapan sudah dilakukan, di antaranya, memberikan materi Bahasa Inggris ke guru-guru dan melihat bagaimana kemampuan guru-guru dalam Bahasa Inggris. Lalu, menerapkan program ngantor di kelas. Artinya, bukan hanya supervisi, tapi ikut duduk di kelas. Melihat langsung bagaimana proses cara guru mengajar, mulai dari salam sampai jam istirahat.
“Saya tidak mau kasih tahu dulu akan ke kelas apa tidak. Kalau saya ngasih tahu dulu nanti guru siap-siap, jadi tidak natural ngajarnya. Saya juga mengajarkan mereka bagaimana penataan bangku agar siswa tidak bosan. Sampai akhirnya tiga bulan lalu saya datang ke MI Muslimat NU Pucang untuk konsultasi, menyampaikan keinginan saya untuk tahun depan menerapkan kurikulum Cambridge di MI Ma’arif ketegan,” paparnya.
Umi menambahkan, sebulan yang lalu ia sudah mensosialisasikan kepada guru, wali murid yang anaknya masuk di kelas bilingual. Disampaikan tujuan baiknya untuk menjadikan kelas bilingual sebagai Cambridge. Meski ada banyak yang benturan, misalnya dari sisi biaya, tetap ditawarkan tahun depan semua kelas bilingual diarahkan pada International Class Program (ICP).
“Kami jelaskan ke wali siswa di ICP itu siswa boleh mengikuti ujian Cambridge dan boleh tidak. Kami juga tidak mau membedakan antara anak bilingual ICP dan yang tidak. Semuanya harus mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang sama. Jadi, semuanya belajar menggunakan kurikulum Cambridge, bukunya english, asesmen juga menggunakan Bahasa Inggris, kecuali anak-anak yang mampu membayar, registrasi mengikut ujian Cambridge,” ujarnya.
Perempuan kelahiran Sidoarjo, 14 Agustus 1984, itu mengatakan, MI Ma’arif Ketegan memiliki fasilitas yang lengkap. Mulai dari Smart TV di setiap kelas, Wifi, kantin sehat, perpustakaan, laboratorium komputer, serta pelayanan administrasi yang cepat dan tepat. Semua itu dalam rangka menjadikan madrasah yang unggul dan beprestasi.