Search

Ada Corak Berbeda di Pesantren, Ini Penjelasan Dosen Pascasarjana UIN Malang

Pondok pesantren di Indonesia memiliki corak yang berbeda-beda di setiap tempat. Pendalaman materi agama cukup tinggi menurut salah satu Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, KH Mujab Masyhudi MA PhD.

Pasalnya, alumni Aligarh Muslim University, AMU India itu mengaku telah membandingkan ketika ia berada di luar negeri. Pelajaran sekolah yang di luar negeri misalnya nahwu hanya sampai Qotrun Nada.

“Lha kita belajar Alfiyah Ibnu Malik sudah melalui Imrity dan Jurumiyah tapi dalam prakteknya mereka (orang luar negeri) lebih matang” kata KH Mujab Masyhudi ditemui selepas mengisi Literasi Digital di PWNU Jawa Timur, Selasa (26/07/2022).

Dijelaskan, orang luar negeri misalnya di Timur Tengah bisa ilmu nahwu dan shorof dasar, kemudian digunakan untuk menulis (ta’lif) kitab. Hal tersebut seolah-olah orang luar negeri terlihat unggul daripada orang Indonesia. Padahal tidak mesti demikian.

Baca Juga:  Progresivitas Kinerja Lembaga Jadi Titik Krusial Penilaian

“Saya pernah mengindentifikasi, orang (pesantren) bisa mengajarkan Bahasa Arab, bisa ngajari nulis Arab, baik dan benar tetapi mereka bukan orang mempunyai gelar. Lha ini satu hal yang saya kira di tempat lain tidak ada,” paparnya.

Pria yang semasa kuliah di India aktif di Persatuan Pelajar Indonesia (PPI-India) serta pernah menjabat sebagai ketua umum ini menambahkan, sebab itulah pesantren harus merasa bangga apa yang telah dimiliki. Semua perlu kolaborasi bekerja sama dengan pihak lain dalam rangka untuk mengenalkan tradisi teks.

“Salah satunya dengan turots ini, pesantren adalah lembaga yang baik dalam menjaga akidah generasi islam kita,” ungkapnya.

Dirinya mengungkapkan, masyarakat harus memilih pesantren untuk anaknya yang cocok, sesuai terjaga akidahnya, juga amaliah ibadah dan sanad keilmuan. Melalui lembaga Nahdlatul Ulama sudah ada yang terdaftar di Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI). Selain itu, RMI juga bekerja sama dengan pemerintah untuk mewadahi pesantren-pesantren.

Baca Juga:  BPI UIN Walisongo Adakan Penguatan Kompetensi Konselor

“Dengan demikian lembaga tersebut disamping di verifikasi dari sisi akidah dan amaliyah NU ke sanad ilmuan RMI, tetapi juga terverifikasi oleh pemerintah,” jelasnya.

“Saya sampai hari ini juga masih mengajar di pesantren dan juga berkecimpung di dunia pesantren. Seperti Lirboyo, Ploso tidak ada masalah. Juga perlu disampaikan pada masyarakat bahwa pesantren yang dalam tanda kutip ada kasus itu ya mungkin nol sekian persen,” imbuhnya.

KH Mujab Masyhudi memberikan pesan untuk tidak terlalu khawatir, apalagi sampai tidak percaya. Selagi pesantren masih dalam naungan RMI, kemungkinan menyeleweng sangat kecil. Selain itu, bagi masyarakat bisa meminta RMI memilihkan mana yang cocok untuk generasi penerus bagi anaknya.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA