Search

Marak Dukun Memasang Gelar ‘Gus’, PBNU: Jangan Samakan dengan Kiai

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur meminta masyarakat dan umat Islam lebih jeli dan selektif sehingga bisa membedakan dukun dengan kiai. Hal itu diungkapkannya menyikapi gege sulap antara Samsudin yang di chanel YouTube mendekarasikan diri dengan Gus Samsudin versus Marcel Radhival atau Pesulap Merah.

Samsudin mengelola Padepokan Nur Dzat Sejati di Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dia rajin mengunggah aktivitas pengobatan tradisional dan aksi ‘sulap’nya di YouTube dan menyebut diri dengan Gus Samsudin. Padahal, itu bukan pondok pesantren. Bikin heboh setelah Pesulap Merah membongkar aksi sulapnya. Setelah terjadi gesekan di Blitar, padepokan Samsudin akhirnya ditutup karena tuntutan warga.

Baca Juga:  Franz Magnis Suseno Jesuit, Penghargaan Zayed Award

Samsudin adalah satu contoh. Ada beberapa YouTuber seperti dia juga mendeklarasikan diri dengan ‘Gus’ padahal bukan pengasuh pesantren, anak kiai, atau memiliki ilmu keagamaan mendalam yang memang berkegiatan di dunia dakwah maupun pendidikan keagamaan. Menurut Fahrur, dukun berbeda dengan kiai. Dukun memakai trik, sedangkan kiai memiliki karomah atau kemuliaan.

“Kita harus selektif. Kita kan kadang dukun di kiai-kan, itu salah. Jangan kiai-kan dukun. Masyarakat mesti ditekankan bahwa kalau karomah itu tidak diobral. Karomah itu diberikan kepada wali, kekasih Allah, tidak untuk jualan, tidak untuk komersil atau konten. [Kalau dukun] itu tipuan, sihir, atau sulap,” kata Gus Fahrur dikutip dari NU Online, Selasa (02/08/2022).

Baca Juga:  Peduli Lingkungan, NU Kecamatan Kepil Tanam Ribuan Pohon

Gus Fahrur mengatakan, kemuliaan seseorang bisa dilihat dan dibuktikan bukan dari keanehan yang dilakukan. Melainkan dari ilmu dan amal. Ia menilai para kiai yang memiliki kemuliaan adalah mereka yang mengikuti sunah dan syariat.

“Nabi tidak mengajari yang aneh-aneh. Mengajari salat dan kebaikan. Tapi ukurannya Nabi. Kalau (perilaku) mereka tidak cocok dengan Nabi atau walaupun bisa terbang, tetap itu bukan wali,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Annur Bululawang, Malang, Jawa Timur itu.

Gus Fahrur menegaskan, karomah tidak mungkin keluar dari tangan sembarang orang. Sebagaimana halnya mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad. Mukjizat yang dimiliki nabi, kata dia, tidak pernah diobral. Nabi Muhammad membuktikan mukjizat sebagai karunia dari Allah pada waktu tertentu saja.

Baca Juga:  Gus Yahya Resmi Tutup Forum R20

“Itu pun sifatnya hanya untuk menguatkan kenabian. Sementara wali juga begitu, ada karomah. Syekh Abdul Qodir Al Jailani pernah mengingatkan jangan kamu heran kalau ada orang bisa jalan di atas air atau terbang di angkasa, sebab burung bisa terbang dan ikan malah jalan di dalam air,” terang Gus Fahrur.

Dengan penjelasannya, Gus Fahrur berharap masyarakat bisa lebih menyadari fenomena keanehan di luar nalar yang kerap terjadi. Melihatnya secara kritis agar tidak melulu tertipu dengan aksi sulapan-sulapan. NF

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA