Semarang- Peringatan hari lahir XXII pondok pesantren Al – Uswah Gunungpati Semarang dan haflah khotmil qur’an merupakan agenda tahunan. Kegiatan ini sekaligus dibarengkan dengan haul XVIII Abah KH. M. Mukhlisin. Hadir sebagai pembicara KH. Abdur Rohim (Ki Joko Goro-Goro) sebagai pemberi mauidhoh hasanah.
Alumni Pesantren Fathul Huda Demak ini menguraikan tentang pentingnya mencari ilmu. Ilmu itu dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf yang terdiri dari a’in yang dikasroh. Kasroh itu harakat yang berada di bawah. Memiliki arti rendah ati. Harakat dalam lam yaitu sukun. Sukun berarti sakinah. Berada di pondok yang tenang, taat peraturan. Terakhir, huruf mim yang didhommah. Dhommah itu artinya kumpul, semuanya bisa datang semua dengan memiliki ilmu.
“Memiliki ilmu harus menjadikan diri Andhap Asor (rendah hati),” terang Ki Joko dari Demak. Al-Ilmu hayatul Islam wa’imadul iman. Ilmu itu kehidupan Islam dan tiang dari iman. Maka barangsiapa memiliki ilmu akan menghidupkan agama serta menguatkan keimanan. Selain berbicara tentang ilmu, Ki Joko mengingatkan kepada walisantri untuk melakukan perubahan menuju kebaikan.
“Awal tahun perubahan, tidak hanya anak yang khatam al-Qur’an. Walisantri juga harus ada perubahan,” tandas Kyai pecinta wayang ini.
“Ya Allah kita nyuwun inggal gampang haji lan umrah # Sa’i Thowaf lan balang Jumroh dateng Raudloh saged ziyaroh” petikan Sya’ir dan Do’a ini merupakan karya almaghfurlah Abah Mukhlisin, dibaca oleh Abah Thoyyib mengingatkan kepada jama’ah. Selain itu, ahli quran kalau berbicara seperti membaca Qur’an. Hal ini menunjukkan seperti halnya kanjeng Nabi, akhlaq kanjeng Nabi adalah al-Qur’an.
Dalam haul kali ini, terdapat serangkaian acara dimulai dengan malam Jum’at dengan tasyakuran makan bersama di halaman masjid pondok pesantren. Selanjutnya dimulai sima’an al-Qur’an diakhiri dengan ziarah ke maqbarah Abah Mukhlisin pada Jum’at sore. Jumlah khotimin-khotimat terdapat 23 bil ghoib juz 30 dan yang telah merampungkan mengaji binnadzor 30 juz sebanyak 8 orang.
Terakhir, Ki Joko berpesan bahwa tentang adab mencari ilmu. Mengutip dari Alfiah Ibnu Malik “Bil jarri wattanwini wannida waal # wamusnadin lil ismi tamyizun hasal”. Jarr identik dengan kasroh memiliki makna sama andhap asor. Tanwin berarti niat yang kuat. Nida berarti berdoa kepada Allah. Al berarti ilmu yang sedang dipelajari. Selanjutnya, musnadin lil ismi memiliki arti berkumpul dengan orang-orang yang berilmu, di pesantren ada kyai dan guru. Akhirnya, tamyizun menjadi pribadi yang pintar sehingga hashala berhasil mendapatkan ilmu.
“Kalau kita mendapatkan jeneng (nama) di hati masyarakat maka jenang (makanan/rezeki) akan datang kepada kita”, tegas ketua umum Jam’iyyatul Muballighin (Jammu). (*)