Search

KH Yusuf Chudlori, Respons Fashion Week

Pengasuh Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah ini turut memberikan komentar atas fenomena Citayam Fashion Week yang menjadi perhatian dan perbincangan hangat di Indonesia.

Karena di balik acara itu ternyata terselip fenomena yang memprihatinkan dan jika tidak diantisipasi akan memunculkan hal-hal negatif bagi moral anak bangsa. Komunitas tersebut tidak memiliki panutan dari sisi moralitas. Di antaranya terlihat dari hasil eksperimen sosial yang dilakukan beberapa orang kepada anak-anak muda yang berada di lokasi tersebut.

Karena saat beberapa anak muda yang dicoba untuk melafalkan niat shalat, tidak tahu dan tak bisa melafalkannya. Ada juga yang saat ditanya apakah mereka shalat saat waktunya tiba, ternyata mereka tidak shalat dan tidak tahu tempat shalat di kawasan tersebut.

Baca Juga:  Miftah Maulana Habiburrahman Dewasa Menghadapi Perbedaan

“Anak-anak sekarang concern di fashion, concern di trend, tapi justru yang paling mendasar dia tidak hiraukan,” kata Gus Yusuf, Rabu (28/07/2022) melihat anak-anak nampang tersebut.

Keprihatinan lain juga terlihat dari sisi karakter dan moralitas para remaja saat ini yang tidak melihat sisi fitrah manusia dan jati diri bangsa yang memiliki budaya sendiri. Dalam fenomena tersebut, para remaja mengenakan pakaian yang tidak mencirikan budaya bangsa yang luhur namun lebih menjadikan budaya bangsa lain sebagai kiblatnya.

Lebih memprihatinkan lagi menurut Gus Yusuf adalah fenomena laki-laki menyerupai wanita dan wanita menyerupai laki-laki.

“Ini kalau dibiarkan akan menyalahi kodrat. Dibiarkan, dianggap nanti hal yang lumrah. Padahal itu larangan agama. Laki-laki menyerupai perempuan, baik dari sisi pakaian, dari sisi gaya bicara, dari sisi lenggak-lenggok cara berjalan. Itu dilarang keras, haram,” tegasnya.

Baca Juga:  Santri Nasyrul Ulum Sumenep, Jaga Ekosistem Laut dengan Tanam Mangrove

“Begitu pula perempuan menyerupai laki-laki, itu menyalahi kodratnya Allah,” imbuhnya melalui video dalam akun Facebooknya.

Oleh karenanya ia mengingatkan bahwa fenomena ini jangan sampai membuat generasi muda kebablasan. Diperbolehkan mengekspresikan diri namun tetap memiliki batasan-batasan dan norma yang telah digariskan oleh agama dan juga harus diselaraskan dengan adat dan budaya bangsa Indonesia. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA