Banyak kalangan yang memberikan dukungan atas akan diberikannya penghargaan perdamaian kepada Nahdlatul Ulama (NU). Tidak hanya NU, organisasi muslim moderat Indonesia lain seperti Muhammadiyah juga diusulkan menerima Zayed Award for Human Fraternity 2022.
Ramos Horta selaku anggota Komite Juri Zayed Award 2022 menyampaikan kepada Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf di kantor organisasi sosial keagamaan ini, Rabu (20/07/2020).
Ramos Horta mengaku kagum setelah mendapat surat dari Pastor Franz Magnis Suseno Jesuit tentang NU dan Muhammadiyah. Dan Zayed Award adalah penghargaan internasional dalam mengenang pertemuan bersejarah antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad At-Tayeb, pada Februari 2019 di Abu Dhabi.
Nominasi nobel bagi dua organisasi ini, diusulkan Pastor Franz Magnis Suseno Jesuit, profesor emeritus di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta.
Pastor Franz atau romo telah menulis surat kepada Komite Perdamaian Nobel pada 2019. Dalam surat tersebut dijelaskan nama kedua organisasi yang berhak mendapatkan penghargaan yakni NU dan Muhammadiyah.
“Saya kira kedua organisasi ini sangat penting untuk menunjukkan bagaimana Indonesia menjadi negara yang toleran dan menjaga Pancasila,” ucapnya.
Romo mengatakan mempertahankan toleransi dengan konsisten sekaligus mengatasi tantangan dari kelompok radikal patut mendapat pengakuan internasional.
“Sulit membayangkan Indonesia bisa bertahan dengan Pancasilanya, tanpa keberadaan dua organisasi ini,” kata puji Romo Magnis.
Seperti ditulis di media ini, Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta mengungkapkan alasan dirinya mencalonkan NU untuk Nobel Perdamaian Dunia tahun 2022. Ia menegaskan bahwa NU komitmen dalam sikap moderatnya.
“Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia, tetapi sekaligus negara moderat. Itulah kenapa saya merekomendasikan NU untuk mendapat Nobel Perdamaian Dunia,” kata Presiden Horta saat berkunjung ke PBNU.
Secara pribadi, Horta menilai karakter masyarakat Indonesia yang moderat diwakili NU dan Muhammadiyah. Hal itu, membuatnya optimis dua organisasi ini pantas dan layak mendapatkan Nobel Perdamaian ini. (Ful)