Search

KH As’ad Ali, Ungkapkan Santri Darul Ulum Jombang Bisa Jadi Intelijen

KH As’ad Said Ali, Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010 – 2015 menyampaikan bahwa ilmu – ilmu tentang intelijen itu sudah ada di dalam Al-Quran. Pria yang pernah menjadi Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu menyampaikannya pada saat acara bedah buku karangannya berjudul ‘Perjalanan Intelijen Santri’ di Auditorium Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Pondok Pesantren (PP) Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, Kamis (9/6/22).

Dirinya mengungkapkan, seperti halnya sejarah Nabi Sulaiman yang memerintahkan burung hud-hud untuk menyelidiki Ratu Balqis di kerajaan Saba. Karena itulah, burung hud-hud menjadi salah satu hewan yang dimuliakan karena jasanya yang begitu besar.

Baca Juga:  Menikmati Makanan Lebih Nikmat di Atas Sungai Pegunungan Jombang

Beliau bersyukur dapat bertemu di Jombang. Karena di Jombang bermunculan tokoh – tokoh besar. Banyak santri yang memiliki wawasan luas baik nasional maupun internasional.

“Dari Jombang inilah muncul pemikiran tentang nasionalisme dan religius. Suka atau tidak suka ya seperti itu,” ujarnya.

Iya menceritakan bahwa dirinya adalah seorang santri. Namun, kemudian beliau masuk di lingkungan baru yaitu di dunia intelijen.

Ia mengungkapkan, malam Jumat menjadi rutinitasnya untuk membaca surat-surat Al-Quran. Dan di dalam surat tersebutlah terdapat ilmu-ilmu tentang intelijen.

“Bapak saya ngasih ijazah untuk membaca Yasin, As-Sajdah dan Al-Waqiah. Setelah itu saya tambahi sendiri, ijazah An-Naml sama Al-Fatir. Dua surat ini memiliki ilmu-ilmu tentang intelijen,” katanya.

Baca Juga:  Majelis Masyayikh Pusat Dorong Pemda Terbitkan Perda Penerapan UU Pesantren

Iya menambahkan, Berdasarkan kisahnya, burung hud-hud hidup di zaman Nabi Sulaiman AS. Ia ditugaskan oleh Nabi Sulaiman untuk mencari informasi di daerah lawan dan menyampaikan informasi tersebut kepadanya.

Seperti yang diketahui, Nabi Sulaiman dianugerahkan mukjizat bisa berbicara dengan hewan dan jin. Karena itu, pasukan kerajaannya pun banyak terdiri dari hewan dan jin. Burung hud-hud adalah salah satunya.

Menurutnya, intelijen itu informasi yang dihargai atas ketepatan waktu dan relevansinya, bukan detail dan keakuratannya.

“Intelijen itu harus disampaikan secara cepat dan digunakan secara tepat. Intelijen itu kegiatan yang harus didengar dan dilihat sendiri,” imbuhnya.

Menurutnya, intelijen santri itu tugasnya hanya mengumpulkan informasi bukan untuk membicarakan perkara yang di luar dari target yang dituju. Terlebih jika membicarakan orang lain yang dapat menimbulkan kegaduhan antara satu pihak dengan pihak lainnya.

Baca Juga:  Pesantren Nurul Qodiri, Hadirkan Kiai Ahmad Kafabihi dan Gus Azmi

“Informasi intelijen santri itu letaknya hanya dalam Al-Qur’an,” katanya.

Turut hadir pada acara tersebut, Prof. H. Kacung Marijan, Drs. MA, Ph.D. guru besar Universitas Airlangga, Yon Mahmudi, Ph.D., ketua program studi kajian wilayah Timur Tengah dan Islam, Dr. Muh. Ainur Rofiq Al – Amin, dosen Fakultas ushuluddin UINSA, KH. Zaimuddin Asad serta KH. Rohmatul Akbar, pengasuh PP Darul Ulum.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA