Banyak erobosan yang dilakukan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Hal tersebut demi merealisasikan amanat Muktamar ke-34 NU yang diselenggarakan di Lampung akhir tahun lalu. Dan salah satu yang dicanangkan adalah program penanaman 10 juta pohon. Hal ini dilakukan sebagai bentuk peran aktif NU dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Ketua PBNU, H Choirul Sholeh Rasyid menyampaikan bahwa NU akan mengambil bagian dan berperan aktif dalam program tersebut.
“PBNU sedang berperan aktif, berpartisipasi di dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental. Gerakan ini yang digagas oleh Bapak Jokowi,” katanya sebagaimana diwartakan TVNU pada Ahad (29/05/2022).
Secara pelaksanaan teknis, jelasnya, program ini dilaksanakan oleh Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Sebagaimana disebutkan di atas, ia mengatakan bahwa program yang digerakkan PBNU berkaitan dengan kebersihan. Diharapkan gayung akan bersambut dengan partisipasi berbagai kalangan, sehingga dalam praktinya tidak menemui kendala.
“Program yang diambil PBNU adalah pertama terkait dengan Indonesia Bersih, khususnya di bidang penghijauan,” katanya.
Lebih lanjut, Choirul menyebut bahwa program ini rencananya akan dilaksanakan oleh empat lembaga PBNU, yakni Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU, Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) NU, dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU.
“PBNU insyaallah akan berperan ke pondok-pondok pesantren, sekolah-sekolah Ma’arif, serta di kalangan lembaga pertanian dan penghijauan sebagainya,” kata pria kelahiran Jember, 56 tahun yang lalu itu.
Selain itu, PBNU juga menggerakkan program kemandirian ekonomi. Hal ini berkait dengan GNRM pada etos kerja Sumber Daya Manusia (SDM). Choirul menegaskan bahwa program ini akan melibatkan para santri. Harapannya, program tersebut dapat melahirkan pengusaha di kalangan santri dan unit usaha baru.
“NU berharap munculnya santripreneur-santripreneur sehingga ini bisa melahirkan unit-unit usaha baru di kalangan pondok pesantren, apakah itu koperasi dan seterusnya,” pungkas Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jember 1991-1992 itu.
(Ful)