Sungai Aare di Swiss mendadak populer di mata masyarakat Tanah Air setelah putra Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril, hanyut dan hilang terbawa arus setelah berenang di Sungai tersebut. Hingga Sabtu kemarin, pencarian Eril terus dilakukan oleh otoritas setempat.
Duta Besar Indonesia untuk Swiss Muliaman Hadad mengatakan, Sungai Aare sebagai salah satu merupakan lokasi wisata populer di Swiss. Terlebih lagi jika musim semi dan panas tiba akan banyak warga yang berwisata di sungai tersebut.
“Karena sungai Aere ini populer, terutama musim semi dan musim panas, terutama musim libur sekolah,” kata Hadad dikutip dari CNNIndonesia.com.
Namun, di balik keindahannya, Sungai Aare di Swiss juga kerap memakan korban jiwa. Hadad menuturkan, sungai tersebut telah menelan korban rata-rata setahun mencapai 15-20 orang. Data itu disampaikan mengutip keterangan aparat kepolisian setempat.
“Dari mereka kami memperoleh informasi setiap tahun kejadian serupa kira-kira terjadi 15 sampai 20 kasus setiap tahun,” kata Hadad.
Dia menjelaskan bahwa sungai itu cukup banyak menelan korban karena banyaknya orang yang berwisata dan berenang di sungai tersebut.
Terkait risiko bahaya di sungai itu, Hadad menyebut sudah terdapat peringatan berupa rambu atau berbagai tanda. Warga juga setiap saat bisa mengecek laman resmi pemerintah lokal terkait kondisi sungai. “Berapa suhu air sungai dapat dilihat di website, disampaikan lengkap termasuk perkiraan derasnya arus yang rata-rata 180-220 m3/detik. Saya lihat sudah cukup informasi,” ujar Hadad.
“Karena tidak hanya orang dewasa, ada balita, ada juga yang berenang dengan hewan peliharaannya,” imbuhnya.
Hadad memastikan Eril yang hanyut di Sungai Aare sejak Kamis (26/5) masih berstatus dalam pencarian sampai Sabtu kemarin. Hingga saat ini Tim SAR setempat masih berupaya untuk mencari Eril dengan pelbagai upaya optimal.
“Kita tidak boleh berputus asa, terus berikhtiar,” kata Hadad.
NF