Search

KH Akhmad Said Asrori: Yang Membatalkan Pahala Puasa

Dalam suasana Ramadhan ini, Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori mengajak umat Islam untuk menghindari perkara-perkara yang dapat menghilangkan pahala puasa. Meski dari perspektif fikih, puasanya tidak batal, tetapi perkara ini berpotensi membatalkan pahala puasa atau setidaknya mengurangi pahala puasa.

“Apa itu yang harus kita hindari agar puasa kita tidak hilang pahalanya? Di antaranya mengumpat, mencaci maki, berdebat sesuatu yang tidak perlu yang menyebabkan hati kita punya sangkaan-sangkaan yang tidak baik kepada lawan bicara kita, karena saling berdebat yang tidak perlu,” kata Kiai Said Asrori ditayangkan TVNU, Selasa (12/04/2022).

Selain mencaci maki, mengumpat, mengolok-olok, dan berdebat sesuatu yang tidak perlu, Kiai Said Asrori juga mengingatkan umat Islam untuk tidak berghibah, yakni membicarakan keburukan orang lain.

Baca Juga:  IKN Wujud Kemandirian Bangsa Dan Keberlanjutan Pusat Kota Berbudaya Islam Nusantara

“Dalam bahasa Jawa itu ngrasani, membicarakan keburukan orang lain. Ini harus kita hindari betul saat kita berpuasa. Kita kadang kalau kumpul dengan teman, berdua, bertiga atau lebih, berbicara panjang lebar, tidak terasa membicarakan keburukan orang lain, saudara kita sendiri, bahkan keburukan istri kita, anak-anak kita. Ini harus kita hindari,” katanya.

Walhasil, Kiai Said Asrori mengimbau umat Islam agar Ramadhan dijadikan ajang untuk menjaga mulut dari perkataan-perkataan yang membuat orang lain marah, tersinggung, dan sakit hati.

“Jangan sampai dari mulut kita, keluar perkataan yang apabila orang yang kita perbincangkan itu dengar, dia akan marah, tersinggung, sakit hati. Ini harus kita hindari agar pahala puasa kita ini sempurna,” ucapnya.

Baca Juga:  Muslimat NU NTB Peringati Harlah dengan Pengobatan Gratis

Kiai Said menyindir kebiasaan masyarakat Indonesia. Ia mengatakan, ghibah sudah menjadi ‘makanan’ sehari-hari. Membicarakan saudara sendiri, tetangga, dan mitra kerja dilakukan setiap hari.

“Namanya ghibah itu menjadi makanan kita sehari-hari. Ghibah kepada saudara, tetangga, mitra kerja. Ini untuk bulan Ramadhan kita harus berupaya keras untuk menjauhi itu semua, karena akan mengurangi bahkan menghilangkan kualitas puasa dan ibadah kita,” katanya. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA