Search

Mengenal Lebih Dekat Profil Pondok Pesantren Darul Ulum Palangkaraya 

Pada mulanya Pondok Pesantren Darul Ulum hanyalah sebuah kumpulan anak-anak belajar mengaji di langgar Baiturrahman, karena jumlah anak yang belajar mengaji semakin hari bertambah,atas jasa baik H. Ratiyan Siswo pada 12 Mei 1986 diberikan bantuan dana sebesar Rp. 200.000, dan Wakaf tanah seluas 11 x 16 M2.

H.Ratiyan Siswo adalah seorang Veteran pejuang kemerdekaan yang berasal dari Blitar, Jawa Timur. Beliau kemudian menggandeng tangan Drs. Masrani Murdi, seorang perantauan dari Banjarmasin yang memiliki kemampuan mengajar Al-Qur’an. Disamping itu juga Muhammad Khudori, seorang santri lulusan Pondok Pesantren Darussalam Banjarmasin.

Bertiga, mereka memiliki komitmen bersama menggagas berdirinya sebuah Lembaga Pendidikan Islam Bercorak Pesantren. Akhirnya di tanah Wakaf tersebut di atas,para penggagas dibantu oleh masyarakat secara bergotong royong membangun dua buah ruang belajar/mengaji. Atas kesepakatan bersama pula, tempat belajar ini dinamai “Madrasah Diniyyah Darul Ulum” .

Baca Juga:  Pimpinan Pesantren Nurul Yaqin Lombok Tengah Mantap Dukung Anies

Peresmian Lembaga Pendidikan ini dilakukan oleh Kandepag Kotamadya Palangkaraya saat itu, Drs.Mudzakir Ma’ruf.

Pada 1989, Lembaga Pendidikan ini mengalami perkembangan dengan dibukanya kelas Madrasah Ibtidaiyyah.

Proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan Kurikulum Departemen Agama. Perkembangan kegiatan pendidikan ini juga diikuti dengan perkembangan Internal Kelembagaan, karena pada 1991 lembaga ini telah berbadan Hukum dengan didirikannya sebuah Yayasan Pendidikan Darul Ulum.

Sejalan dengan itu, kegiatan pendidikan terus dikembangkan,dengan dibukanya kelas Madrasah Tsanawiyah ( MTS ) pada 1993.

Ketika kehadiran Taman Pendidikan Alquran (TPA) sedang marak di masyarakat, Darul Ulum juga tidak mau tertinggal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga pada  tahun tersebut mulai dibuka sebuah TK / TPA . dan, perkembangan yang paling aktual terjadi di tahun 1997 dengan dibukanya jenjang Madrasah Aliyah.

Baca Juga:  Kemenag Pastikan 100 Persen Berpihak pada Pesantren

Pada tanggal 21 Juli 2001, musibah menghadang Pondok Pesantren darul Ulum. Kebakaran terjadi dan menghanguskan seluruh bangunan yang ada dan Prasarana yang dimiliki.

Meskipun demikian, lokasi tempat belajar mengajar tidak berpindah. Dengan sisa kepemilikan yang ada, baik bangunan maupun Fasilitas kegiatan belajar mengajar terus berlangsung.

Keadaan Masyarakat Sekitar

Pondok Pesantren ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk yang padat, tepatnya di jln. Dr. Murjani Gg. Sari RT. 01/10 palangkaraya Kalimantan Tengah. Baik ketika Pondok ini didirikan maupun saat ini, kondisi sosial Ekonomi masyarakat belum banyak berubah.

Pada umumnya masyarakat sekitar Pondok Pesantren merupakan golongan masyarakat kelas bawah yang memiliki penghasilan pas-pasan. Bidang-bidang pekerjaan yang banyak ditekuni oleh masyarakat adalah buruh bangunan, pedagang kecil/keliling , nelayan dan sebagian kecil sebagai pegawai Negeri Sipil (PNS).

Baca Juga:  Resep Ikan Goreng Bumbu Bawang Ketumbar Sederhana yang Enak

Dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, kebutuhan Pendidikan tidak pernah terpikirkan dalam benak sebagian besar masyarakat.

Oleh karena itu kehadiran Pondok Pesantren Darul ulum sangat membantu dan dapat menjadi lembaga Pendidikan Alternatif bagi masyarakat sekitar , terutama yang mengalami kesulitan ekonomi.

Dalam hal agama, masyarakat sekitar sangat beragam. Ada yang menganut Islam, tetapi banyak juga sebagai penganut Kristiani. Dari segi Etnis pun demikian, tidak hanya etnis Dayak yang tinggal di perkampungan ini, tetapi etnis Jawa dan Bugis sangat mudah ditemui.

Namun, perbedaan agama dan etnis ini tidak dijadikan sebagai alasan untuk terus mempererat persaudaraan diantara mereka.

Dalam hal Afiliasi Politik Pun tidak ada dominasi dan dikotomi Nasionalis agama Vs Nasionalis sekuler. Dengan demikian pilihan politik mereka pun sangat beragam.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA