Santri Pondok Pesantren Terpadu (PPT) Al-Yasini Desa Areng-Areng, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, istiqamah memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan mengkhatamkan Kitab ad-Dardir ‘ala Qishshati al-Mi’raj. Kegiatan yang terpusat di masjid pesantren setempat ini dilakukan sejak pagi hingga jelang Maghrib.
“Kegiatan ini sudah rutin dilakukan setiap tahun. Seharian ngaji kitab hingga hatam. Malamnya ada pengajian umum,” kata Pengurus Pesantren Al-Yasini Achmad Dauri M, yang dilansir AULA dari NU Online Jatim, Rabu (02/03/2022).
Ia juga menceritakan, kisah yang berkesan bagi santri dalam kitab karya Sayyid Imam Ad-Dardiri itu ialah sewaktu Rasulullah tiba di Baitul Maqdis (sekarang Masjid Al-, Palestina), sebelum naik ke Sidratul Muntaha. Kala itu, Nabi Muhammad SAW bersama Malaikat Jibril melaksanakan shalat berjamaah terlebih dahulu bersama nabi-nabi terdahulu.
“Rasulullah ditarik tangannya oleh Malaikat Jibril untuk menjadi imam shalat. Hal ini menjadi bukti bahwasanya Rasulullah SAW adalah Nabi dan imam seluruh utusan dan umat,” tuturnya.
Ia pun menambahkan, bahwa Majelis Pengasuh PPT Al-Yasini KH Abdul Mujib Imron saat pengajian umum pada Senin (28/02/2022) malam banyak mengulas tata cara meningkatkan kualitas kekhusyukan dalam shalat.
“Pesan saya kepada santri untuk selalu meningkatkan kualitas shalat. Dengan cara menghafalkan arti dari lafadz-lafadz shalat itu. Mulai dari takbiratul ihram hingga salam. Insyaallah dengan car aini kita bisa khusyuk,” ujarnya menirukan perkataan Kiai Mujib.
Native Banner 2
Untuk diketahui, turut hadir dalam kegiatan tersebut jajaran Majelis Pengasuh PPT Al-Yasini, yaitu KH Fuadi Imron, Gus H Nur Solikin, Gus H Ali Wafi, Gus Burhanul Amal Cholil, dan Gus Najih Syamsuddin.
Selain itu, hadir pula KH Badrus Sofi dari Rembang, Pasuruan sebagai penceramah dalam kegiatan tersebut. Serta, jajaran pengurus dan ribuan santri pesantren setempat.
Program Entrepreneur
PPT Al Yasini ini mendorong para santrinya menjadi seorang pedagang atau entrepreneur. Seperti memberi Ponpes istilah seorang santri Al Yasini harus menjadi santripreneur.
“Istilah santripreneur ini muncul belakangan. Namun, sejak ponpes ini didirikan, kami sudah mengajarkan para santri berbagai keterampilan untuk bisa mandiri,” kata Zainudin, Ketua Yayasan Miftahul Ulum Al Yasini.
Irham menuturkan ponpes salaf ini didirikan pada 1940 oleh KH Yasin bin Abdul Ghoni. Nama ponpes ini mengambil dari nama pendiri yang wafat pada 1951.
Kepemimpinan kemudian ditangani oleh istri dan kakak KH Yasin, Nyai Chusna dan Kiai Aji Nusyasin.
Ditangani kedua orang ini, benih-benih entrepreneur sudah semakin berkembang. Para santri diajarkan keterampilan sederhana membuat kerajinan tangan agar bisa mandiri secara ekonomi ketika selesai mondok.
Pada 1953, PPT Al Yasini dipimpin putra bungsu pendiri, yaitu KH Imron Fatchullah. Di bawah kepemimpinan KH Imron ini pengajaran keterampilan semakin dimantapkan, sekaligus ditambahkan lagi softskill leadership.
“Semua softskill itu hanya penunjang sebagai bekal para santri. Inti pengajaran di sini, tetap mengacu pada pondok salaf, yaitu mempelajari kitab-kitab,” sambungnya.
Terobosan kembali dilakukan oleh anak KH Imran, yaitu KH A Mujib Imron (Gus Mujib). Di bawah kepemimpinan Gus Mujib, terobosan dilakukan di bidang pendidikan. Dinaungi oleh Yayasan Miftahul Ulum Al-Yasini, ponpes ini mendirikan lembaga pendidikan formal, mulai dari TK hingga perguruan tinggi (STAI Al Yasini).