Dua kelompok massa dari perguruan silat berbeda terlibat bentrokan di Desa Sukrejo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi, Jawa Timur, pada Kamis (10/03/2022) dini hari. Akibatnya, Satu orang dilaporkan tewas dan belasan orang mengalami luka-luka. Akibat lainnya, enam rumah warga rusak. Beruntung, pihak dua perguruan sepakat berdamai.
Bentrokan terjadi disebut-sebut karena kesalahpahaman dan saling ejek di media sosial. Diketahui, bentrok antar dua kubu terjadi sejak dua hari terakhir dan membuat suasana desa menjadi mencekam setiap malamnya. Ratusan orang dari kedua kelompok perguruan silat ini sering melakukan konvoi melakukan sweeping. Meski sudah dihalau ratusan aparat Kepolisian dari Polresta Banyuwangi, namun bentrokan antara kedua kelompok pencak silat ini tak terbendung.
Puncaknya, pada Kamis dini hari, kedua kelompok terlibat bentrok fisik di Desa Sukorejo. “Sampai saat ini, informasi satu yang meninggal dunia, lainnya luka-luka,” kata Wakapolresta Banyuwangi, AKBP Didik Hariyanto, dikutip dari viva.co.id, Jumat (11/03/2022).
Setidaknya dilaporkan 14 orang dilarikan ke rumah sakit karena luka-luka akibat bentrok fisik dua kelompok perguruan pencak silat itu. Satu orang meninggal dunia diketahui adalah seorang pemuda berusia 27 tahun, warga Kecamatan Pesanggaran. Korban tewas setelah terluka benda tajam di tubuhnya.
Tak hanya bentrok fisik, insiden tersebut juga menghanguskan sejumlah sepeda motor. Rumah warga juga rusak karena jadi sasaran amuk massa dengan lemparan batu hingga bom molotov. Sedikitnya enam rumah warga dan satu mushala rusak parah.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani pun turun tangan untuk mendinginkan suasana. Dia meninjau lokasi bentrokan dan melakukan pertemuan di Markas Kepolisian Sektor Bangorejo.
Pertemuan berlangsung di Markas Kepolisian Sektor Bangunrejo. Selain Ipuk dan perwakilan dari dua perguruan yang bertikai, hadir pula pada kesempatan itu Dandim 0825 Letkol Kav Eko Julianto Ramadhan, Danlanal Banyuwangi Letkol Laut(P) Ansori, Wakapolresta AKBP Didiek Harianto, dan Wabup Sugirah.
Di forum itu pihak dua perguruan silat menyatakan sepakat berdamai. “Saya sudah bertemu kedua belah pihak. Mari kita semua menahan diri, menjaga persaudaraan. Saya minta semua saling menjaga kondisivitas di internal masing-masing. Kami nantinya juga akan silaturahmi dengan perguruan silat yang ada di Banyuwangi,” kata Ipuk.
Ipuk meminta agar masyarakat, terutama kelompok yang bertikai, agar menahan diri. Dia juga meminta agar seluruh masyarakat untuk tidak terprovokasi dan termakan informasi-informasi yang tidak benar. “Karena itu kami minta semua pihak untuk tidak termakan isu-isu yang tidak benar. Kita berharap kejadian ini tidak terjadi lagi,” tandasnya.
Kendati begitu, aparat gabungan dari Kepolisian RI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) berjaga-jaga di Desa Sukorejo. Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Banyuwangi Ajun Komisaris Besar Polisi Didiek Harianto menuturkan, tim gabungan keamanan Polri dibantu TNI telah ditempatkan di lokasi. Bahkan, satu peleton Brimob juga telah diluncurkan ke lokasi. Demikian juga personel TNI AD dan TNI AL. Aparat keamanan juga melakukan penyekatan-penyekatan di beberapa titik.
Selain itu, lanjut Didiek, Satreskrim Polresta Banyuwangi juga melakukan patroli siber untuk mengantisipasi informasi-informasi hoaks terkait kasus tersebut. Sebab, bentrokan terjadi diduga karena adanya kesalahpahaman antara pesilat dari dua perguruan yang dibumbui provokasi dan informasi palsu atau hoaks.
Dia menjelaskan kedua belah pihak dan Forkopimda telah bertemu. “Semua telah sepakat untuk melakukan konsolidasi ke dalam dan mendinginkan suasana. Kedua pihak juga sepakat menyerahkan proses hukum pada kepolisian,” kata Didiek.