Search

Simposium Peradaban NU, Madura Dipilih sebagai Titik Awal Gerakan

AULA, Surabaya – Merayakan Harlah ke-99 Menyongsong Usia satu abad, dan dalam rangka meneguhkan komitmen Merawat Jagat, Membangun Peradaban, PBNU bersamaPWNU Jawa Timur menggelar Simposium Peradaban NU yang akan dilaksanakan pada Sabtu (5/3) pagi di di Kraton Kerajaan Sumenep Madura, yang kini ditempati Pendopo Bupati Semenep.

Akan hadir memberikan keynote speech, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil staquf berjudul NU di tengaj Peradaban Global Multi Polar.

Menurut Ketua PBNU yang juga Ketua Panitia Harlah 99 NU, Prof Abdul A’la, Pemilihan Madura sebagai lokasi simposium sekaligus dimaksudkan sebagai titik berangkat misi membangun peradaban mengingat Mandura adalah situs inspirasi kelahiran NU melalui tongkat Syaikhona Kholil serta kuatnya sejarah masa lalu, kekayaan budaya dan nilai-nilai peradaban di Madura.

Baca Juga:  Resep Gabin Tape Keju Renyah, Camilan Tanpa Dimasak

Dengan ditempatkan di Sumenep Ibukota Kerajaan Mataram Islam di masa lalu, diharapkan memberikan spirit dan berkah tersendiri bagi kesuksesan misi membangun peradaban.

Selain Ketua Umum PBNU, KHR. Ahmad Azaim Ibrohimy Pengasuh PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dijadwalkan menyampaikan pandangannya bagaimana Membangun Peradaban Dunia dengan Nilai-Nilai Kepesantrenan

Sementara Si Celurit Emas Penyair/Budayawan Madura, KH D Zawawi Imron akan menguoas Kebudayaan NU di Tengah Arus Industri Budaya Populer

Yang menarik, Ketua ISNU Jatim Prof. Dr. M. Mas’ud Said yang juga Direktur Pasca Sarjana UNISMA dan Komisaris Bank Jatim,diminta bicara tentang Bagaimana Merancang Teknokrasi Kemandirian Ekonomi NU. Seperti diketahui dalam sebuah acara di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Ketua Umum PBNU pernah melansir alasan mengangkat Ketua Umum Muslimat NU yang juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua perempuan pertama di PBNU.

Baca Juga:  Pantau Jamaah, Gabungan Tim Petugas Haji Disiagakan di Jalur Jamarat

Menurut Gus Yahya, keputisan ini bukan semata Khofifah perempuan tetapi lebih karena pengalaman dan kepakarannya mengelola Teknokrasi Pembangunan selama ini dan PBNU membutuhkan kompetensi ini dalam pengelolaan program khususnya ekonomi di kepengurusan Nahdlatul Ulama tingkat Nasional dan lokal

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA