Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, Sumatera Barat (Sumbar) memiliki sejarah panjang dalam gempa bumi. Ia mengatakan, Sumbar pernah mengalami sembilan gempa bumi yang berdampak pada kerusakan parah di berbagai daerah.
“Daerah Sumbar ini telah mengalami sejarah gempa bumi yang cukup panjang,” kata Dwikorita dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (25/02/2022).
Dwikorita mengatakan, sebelum gempa bumi bermagnitudo 6,1 terjadi di Pasaman Barat, Sumatera Barat, provinsi ini pernah mengalami guncangan gempa bumi yang menyebabkan kerusakan bangunan pada tahun 1835. Oleh karenanya, ia mengatakan, provinsi tersebut berpotensi melepaskan gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,6.
“Gempa sebelumnya terjadi sejak tahun 1835 dan kami mencatat segmen ini atau angkola ini mampu membangkitkan energi dan membersihkan gempa hingga kekuatan 7,6,” ujarnya.
Berdasarkan hal tersebut, Dwikorita meminta masyarakat mewaspadai gempa bumi dengan mitigasi yang tepat dengan penataan bangunan sesuai standar gempa.
Gempa magnitudo 6,1 terjadi di Pasaman Barat, Sumatera Barat, pada Jumat (25/02/2022). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa Kecamatan Talamau adalah lokasi yang terdampak parah akibat gempa bumi tersebut.
Laporan sementara, lokasi yang terdampak parah berada di Kecamatan Talamau, Pasaman Barat. Pascagempa, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat segera melakukan pemantauan dampak gempa. Dari laporan BPBD setempat, guncangan di Kabupaten Pasaman Barat dirasakan kuat selama 3-5 detik.
Guncangan kuat mengakibatkan masyarakat panik dan keluar rumah. Sejumlah kerusakan terjadi di kabupaten tersebut, seperti fasilitas pendidikan dan rumah warga. Namun demikian, BNPB masih melakukan koordinasi lebih lanjut dengan BPBD setempat, terkait dampak gempa. Dan menurut informasi terkini, sebanyak 5 orang tewas akibat gempa. (Ful)