Search

Gus Yahya Silaturahmi ke PWNU Jatim ini yang Disampaikan

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersilaturahim dengan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim beserta Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Jatim, Kamis (17/02/2022). Kegiatan dipusatkan di ruangan KH M Hasyim Asy’ari kantor PWNU Jatim lantai tiga.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan kenikmatannya menjadi pengurus NU di Jatim. Ini dikarenakan memang basis NU berada Jatim. Sehingga tidak heran semua mau bekerja sama dengan PWNU Jatim.

“Namun tidak semua daerah seenak seperti di Jatim. Di luar Jatim jadi pengurus tantangannya sangat berat. Seperti di Nusa Tenggara Timur, Papua dan lain-lain,” katanya.

Menurut Gus Yahya sapaannya, keadaan di daerah lain sangat jauh dari kejayaan pengurus NU di Jatim. Keadaan ini membuat Gus Yahya sangat sering menyampaikan butuh pemberdayaan yang merata di seluruh Indonesia.

Baca Juga:  Spirit Haji, Membangun Kerukunan Dan  Persatuan Dalam Nuansa Uswatun Hasanah

“Ke depan, NU di seluruh daerah di Indonesia harus memiliki ketangguhan seperti PWNU Jatim,” ungkap mantan juru bicara Gus Dur saat menjadi presiden itu.

Gus Yahya juga mengungkapkan besarnya jumlah warga NU yang menurut beberapa survei sekitar 120 juta. Namun NU tidak punya keanggotaan pasti yang terdata. Yang ada adalah anggota jamaah yang kriterianya tidak begitu jelas.

“Maka yang kita miliki bukan keanggotaan dalam kriteria organisatoris. Tetapi kewargaan,” ungkapnya.

Hadir memakai celana, Gus Yahya kembali menuturkan sebuah filosofi bahwa dirinya sebagai ketua tanfidziyah adalah pegawai dari syuriyah. Selain itu, tugas tanfidziyah adalah mengerjakan hasil-hasil atau mandat Muktamar ke-34 NU di Lampung bulan Desember lalu.

Baca Juga:  KH Toha Mahsun dan Nyai Hj Siti Sofiah, Besan Rais Syuriah PWNU Lampung Wafat

“Tugas pengurus adalah membuat strategi agar mandat tercapai dengan sebaik-baiknya,” tegasnya.

Gus Yahya juga mengutarakan, bahwa tata kelola organisasi NU dibentuk dan dibangun mirip dengan tata kelola pemerintahan. Karena yang dimiliki NU adalah keanggotaan. Maka NU harus dapat berjalan seperti pemerintah yang bekerja untuk rakyat.

Di hadapan para kiai NU Jatim, dirinya menegaskan saat ini NU membutuhkan kebangkitan intelektual. Artinya kebangkitan dari pengampu ilmu untuk bergulat dengan permasalahan-permasalahan Nahdliyin di akar rumput dan membantu untuk mencari solusi.

“Perlu juga NU bangkit dalam kewirausahaan. Harus kita motivasi dan fasilitasi untuk membangkitkan kewirausahaan. Setelah bangkit, maka kita harus rawat dan pelihara agar tetap berjalan untuk dapat digunakan menggerakkan ekonomi Nahdliyin, ” terangnya.

Baca Juga:  Fatayat NU di Sulsel Selenggarakan Festival Organisasi Masyarakat Sipil

Kebangkitan ketiga yang harus dilakukan NU adalah teknokrasi, yakni kecakapan untuk mengurus, mengelola, mengembangkan organisasi yang didasarkan ilmu empirik kemudian didukung teknologi yang mumpuni

“Administrasi saja tidak cukup, masih membutuhkan keterampilan dan inovasi yang baik untuk menjadi teknokrat yang berhasil,” terangnya.

Gus Yahya tidak lupa mengingatkan bahwa NU jauh lebih besar dari apa yang dipikirkan para pengurus. Hal ini dibuktikan baru sebulan PBNU dikukuhkan sudah mendapat kerja sama besar dengan berbagai pihak. Yang mana kerja sama seperti ini diperebutkan oleh banyak pihak. (sumber NUOnline)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA