Search

Harlah ke-99 NU Ingatkan Nahdliyin saat Awal Berdiri

Rais Aam dan Ketua Umum PBNU, KH Miftachul Akhyar dan KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, bersama jajaran pengurus dan pengurus dari PWNU se Indonesia mengikuti rangkaian Harla ke-99 NU di Kota Surabaya dan Bangkalan, Jawa Timur, pada Kamis (17/02/2022). Lokasi harlah yang dipilih membawa suasana dan ingatan kaum Nahdliyin pada embrio dan awal berdirinya NU.

Lokasi inti harlah ialah kantor pertama NU di Jalan Bubutan Surabaya, yang kini dipakai sebagai kantor PCNU Kota Surabaya. Baru setelah rombongan bergeser ke Kabupaten Bangkalan, tepatnya di Makam Syaikhuna Kholil yang berada di dalam masjid. Syaikhuna adalah gurunya pada pendiri NU, seperti Hadratusysyaikh Hasyim Asyari dan KH Abdul Wahab Chasbullah, yang memiliki keterikatan spiritual dengan berdirinya NU.

Sebelum kantor pertama NU di Surabaya dan di lokasi puncak di Bangkalan, rombongan dari PBNU dan PWNU se Indonesia bersilaturrahim terlebih dahulu dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (16/02/2022) malam. Di acara inilah Gus Yahya memuji habis Khofifah soal kemampuannya dalam hal teknokrasi dan pengalamannya memimpin Muslimat NU selama empat periode.

Baca Juga:  Pesantren Al-Muhajirin Sambas, Benteng Aswaja Annahdliyah di Perbatasan

Karena itulah Gus Yahya mengatakan menggamit Khofifah untuk menjadi Ketua PBNU di masa bhaktinya. Bukan soal gender dan lainnya. Begitu pula dengan pemilihan tokoh perempuan lainnya, seperti Alissa Wahid, di jajaran PBNU. “Bu Khofifah akan kita minta berkeliling Indonesia mengajar PWNU Se-Indonesia tentang bagaimana mengelola membangun teknokrasi di dalam Nahdlatul Ulama,” katanya.

Hal ini, menurutnya, sangat penting mengingat perlunya membangun NU dengan sistem ala pemerintahan (governing NU). Gagasan ini ia tulis dalam bukunya yang berjudul Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). “Mengelola NU laksana pemerintahan,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Hanya saja beda NU dengan pemerintahan adalah anggotanya yang hanya terikat sebagai kewargaan atau rekanan (fellowship) bukan kewarganegaraan (citizenship). Perbedaan lainnya, NU tidak memiliki wilayah teritori sebagaimana negara.

Baca Juga:  Bendera NU Dilecehkan, Pagar Nusa dan LBH Ansor Sidoarjo Bereaksi

Setelah itu, baru PBNU bersilaturrahim dengan para pengurus PWNU dan PCNU se Jawa Timur di Kantor NU Jatim di Jalan Masjid Al Akbar Surabaya pada Kamis siang kemarin. Setelah itu rombongan kemudian menapaktilasi perjalanan NU di kantor NU pertama di Jalan Bubutan dan dari situ menuju puncak acara di Bangkalan.

Di Bangkalan, PBNU melaksanakan akad kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Kerja sama dengan kementerian tersebut menargetkan minimalnya dapat mencetak 10.000 orang wirasantri dalam satu tahun. Di tempat dan waktu yang sama, PBNU juga akan membangun kerja sama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menciptakan 250 Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMNU) dan diharapkan setiap cabang dan wilayah masing-masing memiliki BUMNU.

Baca Juga:  Potensi Hubungan Jepang dan Masyarakat Islam di Indonesia

Agar kerja sama itu tidak berhenti di tanda tangan, Gus Yahya menegaskan pentingnya membangun teknokrasi di tubuh NU. Karenanya, kehadiran Khofifah sangat dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita itu. Sementara itu, Alissa Wahid dipilih karena kompetensinya dalam membangun kerja sama. Gus Yahya menyebut bahwa akad kerja sama yang telah disebutkan di atas merupakan kerja keras dari sosok putri sulung Gus Dur itu. (NF)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA