Tahun ini, peringatan hari lahir ke-99 Nahdlatul Ulama dalam hitungan hijriyah digelar di berbagai kawasan. Organisasi sosial keagamaan yang didirikan 16 Rajab 1344 H oleh sejumlah ulama dan kiai kharismatik tersebut telah menorehkan beragam prestasi.
Dan PWNU Jatim akan menggelar puncak hari lahir jamiyah di Madura. Peringatan harlah dalam hitungan kalender hijriah tersebut berusaha mengembalikan fanatisme positif bagi Nahdliyin, khususnya di Pulau Garam sebagai tempat kelahiran guru para pendiri (muassis) NU, yakni Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Latif.
“Sebenarnya, ide untuk mengambil spirit NU dari Madura telah kami siapkan dua tahun lalu. Bahkan, PWNU Jawa Timur telah membentuk tim ad-hoc dan telah melakukan koordinasi dengan PCNU se-Madura. Tapi, memang ada pandemi Covid-19 sehingga baru kita laksanakan tahun ini,” kata KH Abdussalam Sochib, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur.
Dalam pandangan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang itu, dalam rapat koordinasi dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) di Madura, telah difokuskan dua hal. Pertama, mengembalikan kesadaran kolektif dan fanatisme positif, secara kongkret penekanan perhatian pada Nahdliyin di Madura, yang secara sosial masih terpinggirkan oleh sistem, baik masalah pendidikan, ekonomi, budaya dan sumber daya manusia.
Kedua, merumuskan peta jalan NU berbasis data ilmiah untuk mengetahui faktor-faktor pergeseran utama masyarakat di Madura terhadap NU. Sejak awal berdirinya, NU telah menjadi bagian penting dari masyarakat Madura, karena para ulama di Nusantara sebagian besar belajar dari Madura, tepatnya pada Syaikhona Muhammad Kholil di Bangkalan.
“Dulu, bahkan bila seseorang di Madura ditanya soal agamanya, dijawab: NU. Karena, secara umum dan sebagian besar masyarakat Madura memeluk Islam ala Ahlussunnah Waljamaah yang diajarkan NU,” tutur Gus Salam, sapaan akrabnya, beberapa waktu berselang.
Disadari jajaran PWNU Jawa Timur, masyarakat di Madura kini mengalami pergeseran nilai dan budaya. Memang, nilai-nilai ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah, seperti tasamuh (toleran), tawassuth (jalan tengah/moderat), tawazun (seimbang) dan i’tidal (tegak lurus) tetap diajarkan di pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan di lingkungan NU. “Tapi, bagi masyarakat Madura secara umum telah mengalami pergeseran. Hal ini, agaknya disebabkan banyak faktor di tingkat grassroots (akar rumput), tak sepenuhnya seperti dulu lagi. Inilah faktor-faktor yang kami cari agar bisa menentukan arah ke depan dari program-program NU,” tuturnya.
Guna melaksanakan rangkaian acara harlah, PWNU Jawa Timur telah menyepakati aneka agenda. Seperti ziarah muassis NU yang di lokasi 8 titik se-Jatim, ijazah kubro dan apel kader di Sampang hari ini, Selasa (15/02/2022). Selain itu, Pekan Rajabiyah mulai tanggal 8-28 Februari dengan pengibaran bendera NU serentak pada 14 Februari 2022. (Ful)