Arab Saudi menginisiasi pembuatan Ka’bah versi virtual di metaverse. Proyek ini telah diluncurkan pada akhir 2021 oleh Imam Besar Masjidil Haram Syekh Abdurrahman Sudais dan dibentuk oleh Badan Urusan Pameran dan Museum Arab Saudi, bekerja sama dengan Universitas Umm al-Qura.
Metaverse Ka’bah memungkinkan umat Islam melihat secara virtual batu yang dihormati secara agama yaitu Hajar Aswad, atau Batu Hitam, di Makkah. Namun Ka’bah versi metaverse ini menjadi kontroversial di kalangan Muslim di seluruh dunia.
“Inisiatif ini memungkinkan umat Islam untuk melihat Hajar Aswad secara virtual, sebelum ziarah ke Makkah,” kata pejabat Saudi dalam sebuah pernyataan saat mengumumkan inisiatif tersebut, dikutip dari Repbulika.co.id, Kamis (10/02/2022).
Begitu kabar itu mencuat, dunia maya pun heboh dan netizen ramai mengobrolkan soal bisa atau tidaknya melaksanakan ibadah haji secara virtual. Menjawab itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Ni’am Sholeh, menyampaikan bahwa platform untuk kunjungan Ka’bah secara virtual melalui metaverse bisa bermanfaat untuk mengenali lokasi yang akan dijadikan tempat pelaksanaan ibadah.
“Ini sangat bermanfaat bagi persiapan pelaksanaan ibadah. Tetapi, pelaksaan ibadah haji dengan mengunjungi Ka’bah secara virtual tidaklah cukup, dan tidak memenuhi syarat,” tuturnya.
Sebab, Kiai Ni’am menjelaskan, aktivitas ibadah haji merupakan ibadah mahdlah dan bersifat taukifi yang berarti bahwa tata cara pelaksanaannya sudah ditentukan. Hal ini sama seperti ibadah sholat, zakat, dan puasa. Dia mengatakan, ada beberapa ritual yang memang membutuhkan kehadiran fisik.
“Haji itu merupakan ibadah mahdlah, bersifat dogmatik, yang tata cara pelaksanaannya atas dasar apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi SAW. Aktivitas manasik haji itu pelaksanaannya juga terkait dengan tempat tertentu, misalnya thawaf,” paparnya.
Tata cara thawaf, terang Kiai Ni’am, yaitu dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dimulai dari sudut hajar aswad secara fisik, dengan Ka’bah berada di posisi kiri. Karena itu, manasik haji dan umroh tidak bisa dilaksanakan di dalam hati, angan-angan, virtual, atau dengan mengelilingi gambar maupun replika Ka’bah.
“Kunjungan virtual bisa dilakukan untuk mengenalkan sekaligus juga untuk persiapan pelaksanaan ibadah, atau biasa disebut sebagai latihan manasik haji dan umrah, sebagaimana latihan manasik di asrama haji Pondok Gede atau tempat lainnya,” ungkapnya.
Menurut Kiai Ni’am, kunjungan ke Ka’bah secara virtual bisa dioptimalkan sebagai sarana pengenalan secara lebih dekat dengan lima dimensi. Supaya ada pengetahuan yang utuh dan memadai sebelum pelaksanaan ibadah. Dia juga menuturkan, metaverse merupakan bagian dari inovasi teknologi yang perlu disikapi secara proporsional.
“Teknologi yang mendorong pemudahan, tapi pada saat yang sama harus paham, bahwa tidak semua aktivitas ibadah bisa digantikan dengan teknologi,” imbuhnya. NF