Search

Nana Fauzana Dalami Seni Lukis di Usia Lanjut

Keindahan alam dengan sentuhan perempuan menjadi satu kemasan yang tidak bisa dipisahkan, seperti halnya lukisan. Seperti Nana Fauzana yang mengalami masa itu di usia yang tak lagi muda lagi. Seperti apa kisahnya.

Menjadi seorang seniman tidaklah mudah. Apalagi menggeluti dunia seni lukis. Tentunya membutuhkan sebuah ketenangan, terlebih ketika hendak membuat sebuah karya. Hal inilah yang dirasakan Nana Fauzana atau yang akrab disapa Nana Tommy.

Meski lahir bukan dari keluarga seni, ketertarikan Nana menggeluti dunia seni lukis muncul saat dirinya mengikuti seminar 1000 pelukis di Royal Plaza, Surabaya pada tahun 2007 silam. Dari even itu, perempuan kelahiran Lawang, 17 November 1947 ini, akhirnya tertarik dunia lukis.

Padahal, perempuan yang kini berusia 71 tahun itu, sebelumnya telah menekuni seni rajut. “Dulu, ibu pernah mengatakan kepada saya. Orang yang sering menggunakan warna-warna keras memiliki karakter yang kuat seperti dirinya. Saya menerima jawaban bahwa warna keras itu merah, kuning dan hijau,” cerita putri dari Hj Matmueria saat di wawancarai wartawan majalah AULA.

Baca Juga:  KH Afifuddin Muhajir - PMK Urusan Dokter Hewan

Begitulah setitik alasan yang menjadi simbol semangat dari sang ibu yang diingatnya. Mungkin itulah bagian dari darah seni yang mengalir pada dirinya. Di samping itu, adanya celetukan dari anaknya tampaknya menjadi cambuk bagi Nana.

“Mama masa gak bisa sih melukis, Mama itu bisa kok, pasti bisa,” ingat perempuan yang pernah menjadi partisipan dalam kegiatan melukis kursi untuk amal dana kanker di Singapura ini.

Dorongan yang datang sudah cukup untuk menjadi bekal bagi Nana untuk memulai karirnya dibidang seni lukis. “Awalnya saya hanya menggambar sketsa lepas dan memberi warna seadanya. Lama-kelamaan malah tidak bisa berhenti,” akunya.

Bahkan, bagi dia, lukisan-lukisan yang ia hasilkan seperti candu. Tangan yang sudah digerakan seperti aliran ekspresif yang menggoyangkan tangan bagaikan tarian. Setiap orang yang melihatnya melukis disihir dengan decak kagum.

Baca Juga:  3 WNI Diciduk Polisi Hendak Jadi Admin Judi Online di Kamboja

Meskipun Nana sendiri mengaku tidak sadar apa kalau bisa melukis dengan kedua tangan dan mulutnya. Rata-rata lukisan yang dihasilkan bersifat natural. Tema alam dan bunga sepatu sebagai unggulan baginya. Keagungan bunga sepatu dengan lambang feminis memberikan kesan yang menawan.

Selain itu, Nana juga memiliki banyak koleksi dari pelukis-pelukis berbakat di Indonesia. Seperti Raden Shaleh, Affandi, lukisan batik RA Kartini dan masih banyak karya lainya.

Usia yang menginjak 71 satu tahun ini tak mengurangi sedikitpun semangatnya dalam berkarya. “Saya banyak mengoleksi barang-barang khas Indonesia, seperti batik, batu mutiara, kerajinan kayu ukiran dan lainya,” terangnya.

Meski menekuni dunia seni, Nana tetap tidak lupa memperkuat ibadahnya kepada Allah SWT. Ini diperlihatkan dengan rutin mengundang setiap hari para hafidz Quran untuk mengaji. Dengan begitu, rumah Nana hampir tidak pernah sepi dari lantuanan ayat suci Alquran.

Baca Juga:  Teten Masduki Sebut Kekuatan Ekonomi UMKM Kurang Diperhitungkan

“Lantunan Alquran ini membuah hati saya teduh,” terang putri kedua dari H. Masjidi salah satu tokoh Nahdlatul Ulama di Kalimantan pada masa almaghfurlah KH Wahab Hasbullah ini.

Tidak cukup itu saja, Nana juga kerap memberangkatkan para khufadz untuk berangkat umrah, dan para pegawai di rumahnya juga diberangkatkan haji. “Dari sinilah letak kekeluargaan terjalin,” pungkasnya.  Diah

 

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA