Search

Restu Kiai Permudah Langkah Awal Berdakwah

Sosok KH Ma’shum Abi Darda’ di Wilayah Canden, Ketro, Tanon, Sragen, Jawa Tengah terbilang sangat familiar. Kiai perantauan ini sejak awal kedatangannya tahun 1994 di Desa Ketro sudah aktif mengikuti berbagai kegiatan, dan kerap kali membaur dengan masyarakat sekitar.

Kehadiran Kiai Ma’sum tersebut di sambut dengan hangat oleh masyarakat. Sehingga untuk menggerakkan masyarakat sangatlah mudah dan sangat membawa perubahan di daerah tersebut.

Kiai kelahiran Magelang 27 Agustus 1965 ini menempuh pendidikan selama 13 tahun di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Setelah keluar dari pesantren, Kiai Ma’sum memberanikan diri untuk mengajar anak anak TPQ belajar agama di Dusun Canden, Kabupaten Seragen tersebut.

Baca Juga:  Sambut Hari Santri 2018, Ini Amanat Ketua Umum PBNU

Setelah sukses menghidupkan TPQ, tepat setahun dirinya mengabdi yakni 1995, masyarakat secara gotong royong membangun madrasah. Bangunan pertama ini sekarang menjadi aula Pondok Pesantren Salamah Wabarokah.

Nama Salamah Wabarokah ini merupakan pemberian dari Mbah Kiai Jazari bin Mbah Kiai Qulyubiyang berada di Kacangan Andong, Boyolali. Dengan harapan agar anak anak yang mengaji di Lembaga Pendidikan ini selamat dunia dan akhirat dan bertambah kebaikannya.

Santri yang mondok di pesantren tersebut tidak hanya dari warga Dusun Canden saja, tapi juga dari warga luar Canden. Meski demikian langkah Kiai Ma’sum tidak selalu mulus. Pasalnya banyak juga warga desa yang masih awam dengan agama, sehingga karus di luruskan sesuai dengan ketentuan agama.

Baca Juga:  Berlangsung Khidmat dan Meriah, Detik-detik Proklamasi di Grahadi Dimeriahkan Jember Fashion Carnaval

Masyarakat di desa adalah penyemangat bagi saya dalam berdakwah. Bagaimana caranya orang orang dari yang belum tahu menjadi tahu, yang belum beribadah menjadi beribadah, dan yang masih melakukan maksiat atau dosa agar meninggalkan perbuatannya. Ujar Kiai Ma’sum Abi Darda’.

Tujuannya dalam berdakwah adalah agar hidup masyarakat lebih terarah. Sekaligus menyadarkan msyarakat akan nilai nilai agama. “Perlahan tapi pasti, akhirnya semua itu bisa kami lalui,” ujarnya.

Kiai yang kini menjadi Mustasyar PCNU kabupaten sragen ini, telah berhasil mencetak santrinya mrnjadi Kiai di beberapa Kecamatan, Kabupaten sragen.

Para santri ini di datangkan ke daerah daerah juga atas permintaan masyarakat setempat yang membutuhkan sosok Kiai di daerahnya. Dengan demikian bentuk pengabdian alumni yang dikirim ke beberapa daerah adalah bukan sementara layaknya pengabdian mahasiswa ketika KKN di masyarakat, melainkan pengabdian yang sifatnya selamanya.

Baca Juga:  Risma Minta Fatayat NU Kawal Kondisi Bumil dan Balita di Surabaya

Prinsip dakwah yang di sampaikan kepada santrinya yaitu menggunakan metode para ulama Walisongo dan para Kiai pondok pesantren yang Ahlusunnah Waljamaah An Nahdliyah. Yaitu kultur NU sehingga banyak di terima pada kalangan masyarakat, dan tidak di tentang, yang prinsipnya harus selalu merangkul msyarakat. Jadi Islam yang di dakwahkan yakni Islam moderat, Islam rahmatan lil ‘alamiin. Finani

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA