Search

Rokat Gunung Semeru Perkuat Nilai Spiritual

Lumajang, AULA –  Sejak erupsi pertama 1 Desember 2020, Gunung Semeru masih terus mengeluarkan guguran lahar dingin, hingga Jumat 15 Januari 2020. Berbagai upaya penyelamatan sudah dilakukan. Mulai dari warga desa yang tetap berada di pengungsian, hingga pemberian bantuan. Kali ini setelah ikhtiar dilakukan, warga mengadakan kegiatan doa bersama sebagai bentuk dari tawakhal dalam menghadapi bencana.

Tim NU Peduli Bencana Semeru bersama warga, melakukan giat akhir pendampingan pasca bencana. Berupa ritual Rokat Gunung  Semeru. Rokat adalah ruwatan untuk keselamatan bersama. Upacara Rokat ini diselenggarakan di Daerah aliran sungai (Das) Kebondeli, Dusun Renteng Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Acara dihadiri oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul ULama (PCNU) Kabupaten Lumajang , Gus M Mas’ud, Perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Perwakilan  Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Candipuro, Jajaran Pemimpin Desa Sumberwuluh, Jajaran MWC NU Candipuro, Jajaran Ranting NU Sumberwuluh, ketua MWC NU 4 kecamatan Pronojiwo, Pasrujambe, Pasirian, Tempeh, dan warga desa setempat.

Baca Juga:  Universitas Islam Nusantara Rilis Logo Baru

A M Ridwan ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Lumajang mengatakan, kegiatan ini dikawal ketat protokol kesehatan. Mulai dari melakukan cek suhu badan, penyemprotan handsanitizer, hingga ada pembagian masker bagi warga yang tidak membawa perlengkapan kesehatan.

“Kita bersama para pemimpin duduk dalam satu tikar, melakukan pembacaan istigotsah. Setelah acara, ada pemberian secara simbolis ratusan paket sembako kepada para duafa, dan paket santunan kepada yatim piatu di Desa Sumberwuluh,”paparnya.

Sesuai hasil catatan TIM NU Peduli Semeru, dalam Observasi di lapangan. Kejadian erupsi Gunung Semeru mengakibatkan hilangnya sebagian nilai spiritual. Terbukti sejak 1981 tidak pernah dilakukan Rokat Gunung Semeru. Padahal budaya ini adalah sarana silaturahim yang bagus bagi warga dan pemimpinnya.

Baca Juga:  KH Afifuddin Muhajir Terima Gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Walisongo

Momen ini adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan nilai spiritual warga. Salah satunya dengan melakukan Rokat. “Kegiatan ini sebagai salah satu kegiatan pasca bencana. Yang harus didukung oleh pemerintah terkait dengan warga,” terangnya.

Kedepannya kegiatan ini akan kembali masuk dalam catatan kebudayaan di Lumajang. Untuk sementara dilakukan setiap Jumat Legi sesuai dengan catatan sejarah yang ada. Tinggal bagaimana kegiatan ini berlangsung secara rutin.

“Semoga momentum ini tidak hanya ada ketika terjadi bencana saja, karena masa ini bukan hanya Semeru, tetapi Indonesia sedang dilanda banyak musibah. Melalui Rokat ini kita berdoa supaya kita semua diberi kesehatan dan keselamatan oleh Allah SWT,”pungkasnya.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA