Masalah LGBT atau Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender kembali menjadi perbincangan publik. Hal tersebut seiring dengan dilakukannya acara podcast yang diselenggarakan oleh Deddy Corbuzier. Imbas dari kegiatan itu, masalah kembali menjadi perbincangan.
Secara khusus, KH Cholil Nafis diundang salah satu televisi nasional untuk diminta konfirmasi dan tentu saja fakta hukum terkait masalah ini. Dan di akub Facebooknya, Kiai Nafis memberikan sedikit penjelasan.
“Saya masih menganggap LGBT itu ketidaknormalan yang harus diobati bukan dibiarkan dengan dalih toleransi,” katanya, Rabu (11/05/2022).
Dikemukakan salah seorang Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini bahwa mereka yang memilih untuk memiliki dua kelamin dan cenderung hidup dengan sesama jenis tersebut sebagai bawaan lahir, akan tetapi hal tersebut bukan kodratnya.
“Manusia itu yang normal adalah laki berpasangan dengan perempuan, begitu juga sebaliknya,” terang alumnus Pesantren Sidogiri, Pasuruan tersebut.
Lebih lanjut, Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini berharap, janganlah kondisi yang ada kemudian membuat sejumlah kalangan ikut menyiarkan pasangan LGBT.
“Yang jelas, pasangan itu sudah masuk podcatsnya. Saya berharap yang punya podcast itu paham kalau Islam melarang dan mengutuk LGBT. LGBT itu harus diamputasi bukan ditoleransi,” urai dosen Universitas Indonesia (UI) ini.
Lebih lanjut disampaikannya bahwa ada yang memang terlahir kelamin ganda atau malah tidak berkelamin. Ada pula yang kelamin satu, tapi orientasi seksnya berlawanan. Demikian juga yang memang kelaminnya normal, tapi karena ikut-ikutan laki, sehingga berpenampilan demikian.
“Semua itu dalam Islam harus dikembalikan pada jenis kelamin yang sebenarnya,” tegasnya.
Di ujung statusnya tersebut, Kiai Nafis mengemukakan bahwa semua orang pasti pernah berbuat salah. Namun upaya serius bahwa yang bersangkutan ingin berubah adalah dengan bertobat.
“Kesalahan ngepodcast pasangan sejenis sudah minta maaf dan menghapus kontennya. Itulah tobatnya,” katanya mengapresiasi Deddy Corbuzier.
Terakhir, banyak hal yang dapat diambil hikmahnya dari kembali dibicarakannya masalah LGBT tersebut. Dan hal itu hendaknya menjadi kesadaran semua pihak khususnya di Tanah Air.
“Lebih baik lagi dijadikan pelajaran agar tak mengulang kembali yang serupa,” pungkasnya.
(Ful)