Search

Keraton Kadariah Pontianak, Telusuri Jejak Islam di Bumi Borneo

Keraton Kadariah merupakan destinasi wisata berupa istana Kesultanan Pontianak yang dibangun dari tahun 1771 sampai 1778 masehi. Sayyid Syarif Abdurrahman Al-qadrie adalah sultan pertama yang mendiami istana tersebut. Lokasinya pun cukup unik di persimpangan tiga sungai besar, Jalan Tanjung Raya 1, Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Berusia sekitar tiga abad, Keraton Kadariah menyimpan sejarah perjalanan kota Pontianak hingga kini. Istana ini menjadi salah satu objek wisata sejarah sebagai cikal bakal lahirnya kota Pontianak. Lokasinya tepat di persimpangan sungai, yakni Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas.

Keberadaan istana ini tidak dapat dipisahkan dari sosok Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri. Beliau adalah sultan keenam dari Kesultanan Pontianak sekaligus yang merenovasi Keraton Kadariah secara besar-besaran. Dalam sejarah perkembangannya, istana terus mengalami rekonstruksi dan renovasi hingga bentuknya seperti sekarang ini.

Baca Juga:  Berdiri Kokoh, Masjid Besar Banjaran Saksi Peninggalan Raden Gandakusuma

Secara historis, pembangunan Keraton Kadariah dimulai pada 1771 hingga tahun 1778. Penentuan lokasi untuk pendiriannya pun unik dengan melakukan penembakkan meriam sebanyak tiga kali. Wisatawan dapat membaca langsung hal-hal terkait sejarah tersebut dengan mengunjungi Keraton Kadariah.

Mengagumi Arsitektur Istana

Keraton Kadariah memiliki bangunan yang megah bertingkat tiga berukuran 60×25 meter. Terletak di lahan seluas 25×100 meter, bangunan dari kayu belian ini didominasi warna kuning. Dalam tradisi Melayu, warna kuning melambangkan suatu kewibawaan dan ketinggian budi pekerti.

Atapnya bersusun tiga dengan pertengahan atap puncak muncul ke atas menyerupai atap rumah Belanda. Pengaruh Eropa terlihat pada ukiran pintu serta jendela lebar disertai kaca kristal beraneka warna. Sedangkan pengaruh Timur Tengah nampak pada tiang-tiang berlengkung dan hiasan berbentuk bulan dan bintang.
Memasuki area kompleks keraton wisatawan akan disambut halamannya begitu luas dan bersih. Rumput-rumputnya yang mengisi halaman tertata begitu rapi dan terawat dengan baik. Di sisi kanan, tengah, dan depannya terdapat 13 meriam kuno buatan Portugis dan Perancis.

Baca Juga:  Menerawang Beningnya Kedalaman Taman Laut Olele, Gorontalo

Bangunannya berbentuk rumah panggung dengan tiang-tiang layaknya bangunan tradisional di Kalimantan Barat. Ruangannya antara lain bangunan teras, ruang singgasana, ruang belakang, serta ruang lain-lain. Ruang utama biasanya dijadikan tempat untuk melakukan upacara keagamaan dan menerima tamu.

Di sebelah kanan dan kiri ruang utama terdapat enam kamar berukuran 4×3,5 meter. Salah satu dari kamar-kamar tersebut merupakan kamar tidur sultan. Di bagian belakang ruang istana terdapat ruangan cukup besar berisi benda-benda warisan Kesultanan Pontianak.

Menikmati Panorama dari Anjungan

Dari halaman depan istana, wisatawan dapat melihat anjungan yang menjorok ke depan. Tempat ini dahulu digunakan sultan untuk beristirahat menikmati panorama Sungai Kapuas serta Sungai Landak. Di sini juga terdapat sebuah genta sebagai alat penanda mara bahaya pada masanya.

Baca Juga:  Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Simpan Kisah Kerajaan Sriwijaya

Di sisi kanan anjungan, terdapat tangga yang menghubungkan teras istana dengan anjungan istana. Sedangkan di atas pintu utama terdapat hiasan mahkota serta tiga ornamen bulan dan bintang. Hiasan dan ornamen tersebut merupakan tanda bahwa Kesultanan Pontianak merupakan kesultanan Islam.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA