Search

Memprihatinkan, Dakwah Islam Tapi Timbulkan Perpecahan 

Tuban — Pemahaman terhadap khazanah dakwah Walisongo sebagai pelopor dai yang mengenalkan Islam di Nusantara terus dilakukan. Salah satunya adalah kegiatan bedah buku Islam Nusantara yang diselenggarakan di MA Manbail Futuh, Beji Jenu, Tuban, Jawa Timur, Kamis (10/1). Kegiatan sebagai mata rangkai dari hari lahir madrasah setempat yang menghadirkan sejumlah narasumber.

KH Mujab Masyhudi menyampaikan selaku pemateri pertama menjelaskan bahwa Islam Nusantara yang digagas Nahdlatul Ulama merupakan bagian dari upaya untuk menggali khazanah dakwah para wali itu.

“Sekarang ini banyak dakwah atas nama Islam, tapi justru membuat masalah dan perpecahan di tengah umat. Mudah menyesatkan berbagai amaliah yang telah membudaya dan mengafirkan para pelakunya,” terang Tim Ahli Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU) Jawa Timur ini.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Sumenep, Gelar Tasyakuran Lulusan Madrasah

Sementara Ahmad Muntaha AM menyatakan, memang terjadi perbedaan secara jelas dakwah gaya baru yang sering mudah menyesatkan dan mengafirkan dengan dakwah Walisongo yang akomodatif terhadap budaya.

“Karena prinsip utamanya adalah ‘setiap bidah adalah sesat’, maka produk dakwahnya sangat provokatif. Lain halnya dengan dakwah Walisongo yang diwarisi kiai-kiai kita,” kata Sekretaris PW LBM NU Jatim ini.

Menurutnya, prinsip utama yang dianut NU dan para kiai adalah akhlakul karimah. “Maka produknya sangat akomodatif terhadap budaya dan kearifan lokal yang ada, selama tidak bertentangan dengan agama,” urai narasumber kedua pada kegiatan ini.

Sedangkan Najib Bukhari sebagai pembanding memberikan catatan, bahwa dakwah Walisongo dan bahkan generasi selanjutnya dilakukan secara bertahap dan tidak terlalu kaku.

Baca Juga:  Kasus KDRT, Ferry Irawan Divonis 1 Tahun Penjara

Contohnya di pesantren diajarkan fikih siyasah, imamah, khilafah dan semisalnya. Namun selepas dari pesantren, para santri tidak gagap teriak-teriak khilafah, seperti para aktivis Hizbut Tahrir umpamanya.

Mengapa hal tersebut bisa dilakukan para kiai dan dai NU? “Karena para kiai tidak hanya mengajarkan teori, namun juga mengajarkan dakwah secara kontekstual sesuai situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapi,” tandas jajaran dari tim LBM Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.

Tampak hadir dalam acara tersebut H Fathul Huda, Bupati Tuban, KH Syariful Wafa selaku Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Tuban, Kiai Arifuddin Kepala MA Manbail Futuh dan ratusan peserta. (Syaifullah)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA