TAIWAN-Desember merupakan bulan istimewa bagi Jaringan Gusdurian Indonesia. Pertama, Desembar ini dinobatkan sebagai bulan Gus Dur yang ditandai dengan peringatan wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan acara haulnya digelar di berbagai kota di Indonesia. Kedua, Desember tahun ini Jaringan Gusdurian mendapat penghargaan bergengsi yakni Asia Democracy and Human Rights Award 2018 oleh The Taiwan Foundation for Democracy (TFD).
Penghargaan ini secara langsung diberikan oleh Presiden Republik China Taiwan, Tsai Ing-wen, kepada Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Gusdurian, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau yang akrab disapa Alissa Wahid, Senin (10/12/2018). “Penghargaan ini tentu saja membanggakan dan patut disyukuri. Ini menandakan bahwa kerja-kerja kami selama ini mendapatkan apresiasi di tingkat internasional,” terang Alissa dalam siaran pers yang diterima majalahaula.com.
Secara khusus, Alissa juga mengucapkan terima kasih kepada The Taiwan Foundation for Democracy yang telah memberikan penghargaan ini. “Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada mitra-mitra kerja kami di Indonesia, dan luar negeri yang selama ini telah membantu kerja-kerja Jaringan Gusdurian,” tambah Alissa.
Alissa menegaskan, penghargaan ini secara khusus di dedikasikan kepada seluruh pejuang HAM di Indonesia, dan seluruh dunia yang selama ini tidak kenal lelah berjuang menegakkan keadilan, demokrasi, dan HAM. “Bagi kami penghargaan ini lebih merupakan cambuk. Cambuk keras agar kami tidak berhenti dan terus bekerja. Perjuangan untuk menegakkan HAM tidak boleh berhenti hanya dengan sebuah award,” tegasnya.
Selain itu, lanjut Alissa, penghargaan ini juga menjadi tanda bahwa Jarigan Gusdurian harus bekerja lebih keras dalam memperjuangkan keadilan, bebebasan beragama, hak minoritas, dan toleransi beragama. “Di masa mendatang, kasus-kasus diskriminasi dan menguatnya politik identitas akan menjadi tantangan berat bagi kerja-kerja perjuangan Hak Asasi Manusia,” tutur putri pertama Gus Dur ini.
Untuk itu, ia berharap, agar penghargaan ini juga menjadi penanda baru bagi seratus lebih komunitas gusdurian yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk terus bekerja menebarkan nilai-nilai yang telah diajarkan Gus Dur. “Tentunya untuk mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih berperikemanusiaan,” harapnya.
Dipilihnya Jaringan Gusdurian menerima penghargaan Asia Democracy and Human Rights Award 2018, The Taiwan Foundation for Democracy (TFD) menilai, Jaringan Gusdurian telah bekerja untuk mempromosikan dialog antaragama, multikulturalisme, konsolidasi masyarakat sipil, toleransi, demokrasi, dan hak asasi manusia.
Tidak hanya itu, dengan berpegang pada sembilan nilai utama Gus Dur, Jaringan Gusdurian juga tak kenal lelah berjuang untuk kebebasan beragama, hak minoritas, dan toleransi beragama. Jaringan Gusdurian juga dinilai telah melakukan intervensi yang berarti terhadap masalah diskriminasi di Indonesia dengan membela mereka yang menjadi korban.
Jaringan Gusdurian juga menjadi salah satu organisasi terkemuka dalam memerangi radikalisme dan intoleransi di Indonesia, termasuk mengurangi dan mengurangi potensi konflik komunal di negeri yang penuh dengan keragaman agama dan etnis.
Presiden Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia (FIDH), Dimitris Christopoulos mengaku, terkesan oleh upaya dialog antar-iman yang dilakukan oleh Jaringan Gusdirian. “Jaringan Gusdurian ini berasal dari aktivis Islam moderat di dunia, di mana Islamophobia telah masuk ke dalam agenda politik. Tapi ini tidak,” tuturnya
Sementara itu, Dr Shin Hae Bong, Presiden Japan’s Human Rights Now, menyatakan, bahwa Jaringan Gusdurian telah berkontribusi menciptakan ruang dialog yang aman bagi orang-orang dengan beragam latar belakang agama dan etnis, yang sangat penting dalam masyarakat multi-etnis. “Jaringan Gusdurian telah memainkan peran katalis dalam mempromosikan dialog antaragama, demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia dan di luar negeri,” katanya. * rls/sir