Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman menegaskan sama sekali tidak dan tidak ingin menjauhi agama Islam. Sejak lama setiap melakukan kunjungan kerja, Dudung mengaku selalu menyampaikan kultum (kuliah tujuh menit) atau ceramah kepada prajurit.
“Saya kalau kunjungan kunjungan pasti saya akan memberikan kultum di masjid-masjid. Jadi kalau ada orang yang mengatakan saya menjauhi Islam tidak benar, salah,” tutur Dudung di Mabesad, Jakarta Pusat, Senin (07/02/2022).
Dudung mengungkapkan bahwa dirinya juga merupakan santri. Bahkan urusan salat lima waktu dan puasa sama sekali tidak pernah ditinggalkannya. “Saya santri saya tidak pernah lewat (salat) lima waktunya, tidak pernah lewat puasanya. Jadi kalau saya mengatakan menjauhi islam salah betul,” ujarnya.
Di beberapa kesempatan ketika memberikan kultum, sambungnya, kerap kali dia menyatakan jangan sampai ada yang mendalami agama tanpa adanya bimbingan ustadz. Terkait dengan adanya dugaan dia menjauhi agama Islam, lantaran kalimat yang disampaikannya dipotong oleh yang tak bertanggung jawab.
Menurut Dudung, meskipun dia menyampaikan hal yang benar tetap saja bisa jadi permasalahan. “Di kultum itu saya menyampaikan kalau mempelajari agama jangan terlalu mendalam kalau tidak ada ustadznya, tidak ada kiainya, tidak ada guru. Ya, tapi kalimat itu dipotong. Makanya kalau saya sampaikan benar sekalipun itu jadi persoalan,” ujar dia.
Dudung juga mengklarifikasi potongan video yang menampilkan dirinya menyebut ‘Tuhan Kita Bukan Orang Arab’ yang beredar dan jadi polemik. Menurutnya, Tuhan pastilah mengerti apa pun perkataan yang disebutkan oleh manusia selaku hamba-Nya.
“Saya sampaikan saya berdoa pakai bahasa Indonesia. Ya Tuhan, anak saya hari ini ujian semester. Mohon diberikan ketenangan, semoga bisa menyelesaikan persoalan dengan baik dan nilainya bagus, bahasa Arabnya apa? Kan kita enggak tahu,” kata Dudung. “Kalau kita pakai bahasa Indonesia, Allah, Tuhan itu mengerti, karena Allah tahu bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Ambon, bahasa Inggris saja Allah tahu.”.
KSAD menyatakan, pernyataan serupa juga pernah disampaikan oleh salah satu budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun, namun tidaklah menjadi persoalan. Namun, hal itu berbeda ketika dia yang mengutarakan. “Dulu Ainun Najib ngomong begitu enggak jadi persoalan, karena Dudung yang ngomong dicecar. Ainun Najib, kan, ngomong gitu, karena Dudung ini, kan, diserang kelompok kelompok itu,” ujarnya.
Dudung lebih jauh menjelaskan, kelompok-kelompok yang menyerangnya merupakan kelompok kecil. Meskipun begitu, sambung dia, suara dari kelompok kecil itu begitu nyaring. “Kelompok itu kecil sebetulnya, tetapi nyaring bunyinya. Kita hadapi di Jakarta enggak ada juga yang berani,” tandasnya. NF