Search

PW Muslimat NU Jatim Gelar Rapimwil 1, Ini yang Dibahas

Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat Nahdlatul Ulama Jawa Timur menggelar Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) 1 di ruang KH. Bisri Syansuri Kantor PWNU Jatim. Rapat yang digelar  pada Sabtu, 29 Januari 2022 itu dilaksanakan secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Ketua PW Muslimat NU Jawa Timur, Hj. Masruroh Wahid menyampaikan Rapimwil kali ini membahas  program yang sebelumnya sudah disiapkan oleh masing-masing bidang. Program-program itu akan dimatangkan, kemudian kemungkinan ada kolaborasi antar bidang agar melahirkan program baru kekinian yang dibutuhkan oleh umat.

Perempuan yang akrab disapa Hj. Masruroh itu mengatakan  bahwa di masa pandemi kegiatan Muslimat NU Jatim kerap dilakasanakan secara online. Maka, di Rapimwil kali ini, ia ingin kader-kadernya mampu membaca masalah digital.

Baca Juga:  NU Kota Medan Luncurkan Koperasi Konsumen

“Di sini, saya kepingin semua bidang bagaimana mampukan warga muslimat untuk mampu membaca masalah digital. Misalnya ada keterbatasan ekonomi. Masyarakat membutuhkan setuhan tidak harus dalam bentuk sosial, tapi bagaimana bisa menciptakan Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) dan lain-lain. Jadi program-program yang dimaksud itu tidak parsial. Masing-masing bidang tapi digarap beberapa bidang dalam satu kegiatan yang kemudian melahirkan program baru,” katanya disela-sela acara.

Hj. Masruroh mengungkapkan memiliki mimpi atau keinginan untuk mengaswajakan Jawa Timur. Ia memiliki dua percontohan, yaitu kampung aswaja di Malang dan Desa NU di Magetan. Dua percontohan itulah yang kemungkinan nanti akan diperbanyak di setiap daerah di masing-masing cabang.

Baca Juga:  Daftar Harga BBM per 1 September 2022, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex Turun

“Tidak pantas kalau di Jawa Timur gudang NU tapi masih banyak radikalisme, intoleran, ini kan sama sekali tidak pantas. Maka, saya punya angan-angan bagaimana kalau dua model percontohan itu diperbanyak di cabang-cabang,” ujarnya.

Hj. Masruroh menuturkan, akan menawarkan dua projek tersebut kepada cabang-cabang muslimat yang sanggup. Karena, hal itu membutuhkan kerja yang maksimal untuk menciptakan kampung aswaja. Tidak cuma badannya saja, tapi bagaimana pandangan toleransi sesama, budaya lokal ada tahlilan, yasinan, itu bersumber dari budaya. Terus diisi oleh para wali atau aulia, para penyebar Islam di Jawa Timur ini diisi dengan ajaran Islam, maka jadilah Islam Nusantara seperti aswaja.

“Menurut saya di Jatim kok sangat mungkin dilakukan itu. Kalau di Lumajang itu dilakukan saya kira tidak bisa hanya muslimat NU sendiri, tapi juga harus dengan NU, karena kalau bicara masyarakat itu elemennya ada bapak, ibu, dan pemuda-pemuda. Dan kalau ini dimulai misalnya, bisa juga menjadi destinasi wisata religi,” ungkapnya.

Baca Juga:  Konferensi ke VIII MWC NU Punggur di Pesantren Sunan Ampel

Hj. Masruroh berharap program tersebut bisa terlaksana, paling tidak ada proyek percontohan yang ditetapkan di Rapimwil. “Karena tidak gampang juga untuk menciptakan. Jadi kesiapan cabang kami tanting belum tentu menerapkan tapi cabang belum sanggup,” ujarnya.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA