Search

Hemodialisis Terapi Pengganti Ginjal

Ketika seseorang divonis gagal ginjal total, semangat hidupnya serasa runtuh. Dalam benaknya terbayang akan menjalani cuci darah atau cangkok ginjal. Betapa ribet dan sakitnya menjalani cuci darah, apalagi cangkok ginjal. Nah bagaimana penanganannya dalam dunia kesehatan.

Hemodialisis atau cuci darah, merupakan salah satu jenis terapi pasien gagal ginjal yang banyak dijalani oleh penderita di Indonesia. Hemodialisis digunakan untuk ‘menggantikan’ sebagian fungsi ginjal. Walau tidak sesempurna fungsi asli ginjal, hemodialisis dapat membantu menormalkan kembali keseimbangan cairan, membuang sisa metabolisme tubuh, menyeimbangkan asam-basa-elekterolit dalam tubuh, dan membantu mengendalikan tekanan darah. Hanya saja hemodialisis tidak dapat memproduksi sejumlah hormon yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.

Menjalani hemodialisis yang cukup dan teratur, sangat penting bagi penderita gagal ginjal. “Sering kali hal itu harus dijalani pasien seumur hidup, meskipun ada pula yang tidak. Jadi sangat tergantung dengan kondisi ginjal pasien,” kata dr Ardityo Rahmat Ardhany, SpPD FINASIM (41), Poli Penyakit Dalam (Ginjal & Hiopertensi) di RSI A. Yani, Surabaya.

Jika hemodialisis yang dijalani tidak cukup. Maksudnya, pasien tidak menjalani hemodialisis pada waktunya, karena suatu masalah, sehingga menunda untuk menjalani hemodialisis, maka proses hemodialisis akan terganggu.

Hal ini akan menyebabkan munculnya gejala-gejala seperti gatal di kulit, mual dan muntah, penurunan nafsu makan, bengkak pada tungkai, sesak nafas dan lain-lain. Padahal prosedur hemodialisis sendiri biasanya berlangsung sekitar 4–5 jam dan dilakukan sebanyak 2–3 kali dalam seminggu.

 

Gagal Ginjal Akut

Dunia kesehatan terus berkembang pesat, prosedur cuci darah atau hemodialisis sebagai terapi pengganti ginjal, sudah tidak serumit dulu. Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis masih bisa menjalankan aktivitasnya sehari-hari, hanya cukup menyediakan waktu sekitar 4-5 jam setiap kali menjalani hemodialisis.

Baca Juga:  Balita di Makassar Terlindas Mobil, Ortu Lapor Polisi

Nah, kapan pasien harus menjalani hemodialisis? Bila ginjal sudah tidak lagi mampu menjalankan fungsinya, saat itulah hemodialisis dibutuhkan, bahwa fungsi ginjal pasien hanya tersisa kurang dari 15%. Dalam tahap ini pasien sudah masuk ke dalam stadium 5 PGK (Penyakit Ginjal Kronik).

Namun masih ada faktor lain yang menentukan, apakah hemodialisis dapat dilakukan atau tidak kepada pasien penderita gagal ginjal. Indikasi hemodialisis tidak hanya bergantung dari pemeriksaan laboratoris, melainkan juga dari kondisi klinis pasien, usia, penyakit yang menyertai, dan faktor lainnya. Hal itu untuk meminimalisir risiko yang terjadi pada pasien.

Penderita gagal ginjal terbagi dua, yakni Penyakit Ginjal Kronik (PGK), dan Gagal Ginjal Akut. PGK merupakan kondisi penurunan fungsi ginjal akibat berbagai macam gangguan kesehatan. Penurunan fungsi itu biasanya terjadi secara perlahan namun progresif, hingga pada suatu waktu ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya.

“Sedangkan gagal ginjal akut kemunculannya bersifat mendadak, umumnya dapat membaik kembali seperti sedia kala, namun jika tidak ditangani dengan tepat akan jatuh pada kondisi PGK, yang berakibat pasien harus menjalani hemodialisis rutin selama hidupnya. Ini disebabkan, karena kerusakan ginjal telah terjadi secara permanen dan tidak dapat kembali normal,” tutur Ardhany, lulusan Sub. Spesialis Konsultan Ginjal & Hipertensi, FK Universitas Airlangga–RSUD Dr. Soetomo tahun 2015 ini.

Pemeriksaan penunjang guna membantu menegakan diagnosis PGK meliputi pemeriksaan darah, urine, radiologis/foto, dan lain-lain. Pemeriksaan deteksi dini kelainan ginjal cukup dengan urine lengkap, disamping pemeriksaan BUN dan serum kreatinin yang sering dilakukan masyarakat umum.

Baca Juga:  Kota Bima Diguncang Gempa, Warga Berhamburan ke Luar Rumah

Selain itu, ada baiknya juga memperhatikan faktor risiko lain. Misalnya, penderita dengan riwayat diabetes dan hipertensi, gangguan batu ginjal dan lainnya. Menurut Ardhany, di RSI A. Yani sebagian besar pasien hemodialisis sejak 2 tahun terakhir ini, disebabkan karena faktor Kencing Manis (Diabetes) 40 %, Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) 30%, faktor Infeksi, Batu dan Lupus sekitar 30 %.

 

Lebih Baik Mencegah

Beberapa faktor penyebab Gagal Ginjal yang mengakibatkan harus menjalani hemodialisis:

  1. Khusus bagi penderita Diabetes dan Hipertensi tidak melakukan kontrol ke dokter dengan teratur. Minum obat-obat tidak berdasarkan resep dokter.
  2. Pola hidup tidak sehat, misal perokok, tidak pernah olah raga.
  3. Pola makan tidak sehat. Terlalu tinggi natrium dan tinggi garam sehingga menimbulkan hipertensi. Makan makanan dengan banyak bahan pengawet.
  4. Kurang minum air putih, yang menyebabkan tubuh dehidrasi (kekurangan air). Hal ini akan merusak sel-sel ginjal, dan dalam jangka lama akan mengakibatkan gagal ginjal.
  5. Terjadi peradangan pada ginjal.
  6. Faktor bawaan, pada ginjal ada kista, tumor atau ginjal tidak tumbuh dengan baik.

Bagaimana mencegah Gagal Ginjal?

  1. Melakukan deteksi dini penyakit ginjal, karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala.
  2. Melakukan pemeriksaan antara lain, urine, tekanan darah dan kadar gula puasa.
  3. Menjaga berat badan tetap ideal.
  4. Menghindari obat-obat yang mengganggu ginjal.
  5. Minum air putih 1,5 – 2 liter/ hari.
  6. Olah raga teratur 15 – 30 menit, 3 kali/ minggu.
Baca Juga:  Daker Makkah Siapkan Akomodasi Ramah Lansia dan Disabilitas

“Deteksi dini penyakit ginjal itu sangat penting, karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala,” tegas Ardhany. ”Terutama bagi penderita diabetes, karena diabetes ini menyerang mulai ujung kaki hingga organ-organ penting, seperti jantung dan ginjal,” lanjutnya.

RSI A. Yani mulai melayani hemodialisis sejak tahun 2015, dan kini menempati gedung baru dengan 5 buah mesin hemodialisis, sejak Pukul 06.00–18.00 WIB, dengan 3 kali pergantian. “Setiap hari rata-rata kami melayani 14 pasien yang menjalani hemodialisis,” tutur Ardhany kepada AulaNisa di ruang kerjanya minggu lalu.

Mulai hari Senin s/d Sabtu, dan Hari Besar, kecuali hari Minggu tutup. Untuk sekali tindakan hemodialisis bagi pasien yang ditanggung BPJS biayanya Rp 825.000, sedangkan untuk pasien umum Rp 1.250.000. “Tapi hampir 100 persen pasien ditanggung oleh BPJS, hanya sekitar 3 persen yang ditanggung oleh asuransi swasta, mereka adalah karyawan Pertamina dan Telkom,” lanjutnya.

Rata-rata tiap pasien hemodialisis memerlukan waktu 9-12 jam/minggu untuk menyaring seluruh darah dalam tubuh. Tapi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan selama seminggu, sekitar 4–5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga pada tingkat kerusakan ginjalnya.

Pada hemodialisis darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam sebuah mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran darah. Rata-rata untuk sekali tindakan hemodialisis dibutuhkan waktu sekitar 4-5 jam. Bagaimanapun kita tidak ingin mencobanya, bukan? Maka, mencegah adalah lebih penting daripada mengobati. * Riamah Hartono

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA