Sebanyak sembilan ulama dari berbagai wilayah di Indonesia terpilih sebagai anggota Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) pada Sidang Pleno III di Gedung Serbaguna (GSG) Universitas Lampung (Unila), Kamis (23/12/2021). Anggota Ahwa itu dipilih oleh muktamirin, peserta muktamar yang mewakili Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) ketika melakukan registrasi peserta.
Berdasarkan hasil tabulasi atau penghitungan akhir, sembilan anggota Ahwa terpilih, yakni KH Dimyati Rois yang dipilih oleh 503 peserta; KH Ahmad Mustofa Bisri dengan perolehan 494 suara; KH Ma’ruf Amin dengan perolehan 458 suara; KH Anwar Manshur dengan perolehan suara 408; TGH Turmudzi Badaruddin dengan perolehan suara 403; KH Miftachul Akhyar dengan perolehan suara 395;KH Nurul Huda Jazuli dengan perolehan suara 385; KH Ali Akbar Marbun dengan perolehan suara 309; dan KH Zainal Abidin dengan perolehan suara 272.
Dalam ART hasil Muktamar Ke-33 NU Tahun 2015 di Jombang, kriteria Ahwa adalah ulama-ulama yang beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadhu’, berpengaruh, dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munadzdzim (organisatoris) dan muharrik (penggerak) serta wara’ dan zuhud.
Berikut profil singkat sembilan anggota Ahwa terpilih pada Muktamar ke-34 NU di Lampung:
KH Dimyati Rois
KH. Dimyati Rois atau yang lebih dikenal dengan panggilan Abah Dim lahir pada 5 juni 1945 di Tegal Glagah Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra kelima dari sepuluh bersaudara dari pasangan KH. Rois dan Nyai Djusminah.
Setelah selesai pendidikan formal sekitar tahun 1956, Abah Dim melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren APIK, Kauman, Kaliwungu, Kendal yang diasuh oleh KH. Ahmad Ru’yat selama sekitar 14 hingga 15 tahun. Kiai Dimyati Rois saat ini menjadi Pengasuh Pesantren APIK Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.
KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)
KH. Ahmad Mustofa Bisri atau yang biasa disapa Gus Mus, lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944. Beliau merupakan anak dari pasangan Nyai Marafah Cholil dan KH. Bisri Mustofa yang merupakan pengarang Kitab Tafsir Al Ibriz li Ma’rifah.
Sementara, kakek Gus Mus, yakni KH. Zaenal Mustofa merupakan seorang saudagar ternama yang dikenal sangat menyayangi ulama. Pada tahun 1955, KH. Zaenal bersama keluarganya mendirikan Taman Pelajar Islam (Roudlotut Tholibin). Pondok pesantren tersebut kini diasuh oleh Gus Mus.
Alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas Al Azhar Cairo (Mesir, 1964-1970) untuk studi Islam dan bahasa Arab ini, sebelumnya menempuh pendidikan di SR 6 tahun (Rembang, 1950-1956), Pesantren Lirboyo (kediri, 1956-1958), Pesantren Krapyak (Yogyakarta, 1958-1962), Pesantren Taman Pelajar Islam (Rembang, 1962-1964).
KH Ma’ruf Amin
Prof Dr (HC) KH Ma’ruf Amin lahir di Kresek, Tangerang, pada 11 Maret 1943. Kiai Ma’ruf merupakan Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten. Ayahnya, Mohamad Amin dan kakeknya merupakan seorang kiai. Sebelum masuk pesantren Ma’ruf Amin sempat menempuh pendidikan dasarnya di sekolah rakyat di Kecamatan Kresek.
Kiai Ma’ruf Amin kemudian melanjutkan pendidikannya di pesantren berpengaruh yang didirikan oleh pendiri NU, Hasyim Asy’ari. Ma’ruf Amin kemudian meraih gelar sarjana di bidang Filsafat Islam dari Universitas Ibnu Khaldun di Bogor, Jawa Barat. Sebelum menjabat sebagai wakil presiden RI, Ma’ruf Amin memiliki pengalaman legislatif sejak 1971 hingga 1999.
KH Anwar Manshur
KH. M. Anwar Manshur atau yang kerap disapa dengan panggilan Mbah War lahir di lingkungan Pondok Pesantren Lirboyo. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Manshur Jombang dengan Nyai Salamah, putri ketiga pendiri Pesantren Lirboyo KH. Abdul Karim.
Sejak kecil, KH M. Anwar Manshur diasuh di Lirboyo. Riwayat pendidikannya dimulai dengan menimba ilmu di Pondok Pesantren Pacul Gowang Jombang (pondok ayahnya sendiri). Setelah itu, Mbah War menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng sampai tingkat tsanawiyah dan untuk selanjutnya meneruskan pendidikannya ke Pesantren Lirboyo, Kediri. Saat ini KH Anwar Manshur merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo.
TGH Turmudzi Badaruddin
Tuan Guru Bagu atau yang kerap disapa dengan panggilan Tuan Guru Haji (TGH) Turmudzi Badaruddin lahir pada hari Rabu, 1 April 193 atau bertepatan dengan 9 Muharram 1355 H di Bagu. Beliau merupakan putra dari pasangan Tuan Guru Haji Raden Badaruddin dan Hj. Aminah binti Haji Ridwan.
Setelah selesai belajar dengan ayahnya, beliau kemudian berguru agama pada seorang tuan guru legendaris di Pulau Lombok, yakni Tuan Guru Shaleh Hambali Bengkel, pendiri Ponpes Darul Qur’an. Di sana, Turmuzi Badaruddin muda menimba ilmu selama 14 tahun sejak 1944 hingga 1958. TGH Turmudzi Badaruddin saat ini menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu, Lombok Tengah, NTB.
KH Miftachul Akhyar
KH. Miftachul Akhyar lahir pada tahun 1953. Beliau merupakan putra kesembilan dari 13 bersaudara, dari KH. Abdul Ghoni, seorang pengasuh Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah. Ayah Kiai Miftach merupakan karib KH. M. Usman al-Ishaqi Sawahpulo saat sama-sama nyantri kepada KH. Romli di Rejoso, Jombang.
Kiai Miftach mondok di Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Pondok Pesantren Rejoso, Jombang, Jawa Timur, Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur, Pondok Pesantren Lasem, Jawa Tengah, Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.
Kiai Miftach merupakan pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, sebuah paku bumi bagi kota Surabaya, ibu kota Jawa Timur dengan penduduk yang mayoritas nahdliyin.
KH Nurul Huda Jazuli
KH Nurul Huda Jazuli merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri. Kiai Nurul Huda merupakan anak dari pasangan KH Ahmad Djazuli Utsman dan Nyai Hj Rodliyah Djazuli yang merupakan muassis Pondok Al-Falah Ploso. KH Nurul Huda Jazuli selalu berpesan tentang pentingnya memondokkan anak di pondok pesantren. Kiai Nurul Huda Jazuli juga kerapkali berpesan bahwa Nahdlatul Ulama merupakan pesantren besar sehingga tidak ada alasan bagi para santri untuk tidak menjaga dan mengurus NU.
KH Ali Akbar Marbun
KH. Ali Akbar Marbun lahir di desa Siniang, Pakkat, Humbang Hasundutan, yang terletak sekitar 28 kilometer dari Kota Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, atau 280 kilo meter dari kota Medan. Kiai Ali Akbar merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudar pasangan Buyung Marbun dan Hj. Chadijah br. Nainggolan (meninggal pada usia lebih dari 105 tahun) adalah petani dan orang yang taat beragama Islam.
KH Ali Akbar Marbun adalah pendiri dan pengasuh pesantren Al-Kautsar Al-Akbar Medan, Sumatera Utara.
KH Zainal Abidin
KH Zainal Abidin merupakan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah. Ia juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu. Dalam karir akademik, KH Zainal Abidin menjadi guru besar (profesor) dan Rektor pertama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu.