Search

Mencari Berkah di Maqbarah Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah

Majalahaula.id – Salah satu tradisi yang begitu kental dari Nahdliyin adalah berziarah ke makam-makam orang shaleh dan para guru. Tradisi ini sangat erat dengan masyarakat, terlebih lagi di bulan-bulan tertentu seperti Ramadhan.

Di daerah Jawa Timur khususnya Tapal Kuda sudah tidak asing lagi dengan KHR Syamsul Arifin dan KHR As’ad Syamsul Arifin. Beliau berdua adalah sosok pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Bahkan kedua tokoh ini merupakan wali sekaligus sosok yang memiliki andil dalam pendirian dan Nahdlatul Ulama.

Tak ayal makam beliau berdua tidak pernah sepi diziarahi oleh para pengunjung bahkan hingga tengah malam. Maqabarah KHR Syamsul Arifin dan KH As’ad Syamsul Arifin berada di astah Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang beralamatkan di Desa Sukorejo, Situbondo.

Di astah atau makam tersebut juga terdapat maqabarah KHR Fawaid As’ad, pengasuh ketiga Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, kiai serta azatidz lainnya.

Baca Juga:  Dirikan Pesantren Modern Al-Amanah dengan Modal Keyakinan

Makam Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah sangat mudah dijumpai. Dari Situbondo kota hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam menuju arah timur Kecamatan Asembagus. Lokasi tersebut bisa diakses menggunakan kendaraan pribadi maupun mobil dan bis rombongan. Makamnya sendiri berada di area pesantren dan berada tepat belakang Masjid Jami’ Ibrahimy.

Area makam dibuka selama 24 jam setiap harinya. Pengunjung pun tidak hanya dari Jawa Timur saja, bahkan dari seluruh Indonesia. Di area makam sendiri para pengunjung bisa merasakan nuansa pondok pesantren yang begitu sejuk. Terlebih lagi bagi para alumni dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah selain bisa ziarah, bisa juga mengenang masa-masa menjadi santri.

Para peziarah juga bisa berkunjung ke pusat souvenir dan oleh-oleh yang dapat ditemukan di sepanjang gerbang hingga area pesantren sebagai buah tangan bagi sanak keluarga di rumah.

Baca Juga:  Mengenal Tokoh Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan

 

Kegiatan Ikonik

Lebih dari itu, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo di usianya yang sudah lebih dari satu abad dengan 17 ribu sumber daya manusia santri yang sedang bertafaqquh fiddin. Mereka tersebar di berbagai lembaga pendidikan dari usia dini hingga perguruan tinggi, telah pula menorehkan momentum bersejarah yang tidak akan terlupakan sepanjang zaman. Di antaranya adalah;

Pertama, penerimaan asas tunggal Pancasila pada Muktamar ke-27 NU tahun 1984 yang terselenggara di masa pengasuhan pahlawan nasional, KHR As’ad Syamsul Arifin. Momen ini diabadikan sebagai wujud sumbangsih nyata para ulama NU dalam mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga saat ini.

Kedua, forum muktamar pemikiran keislaman pada tahun 2003M. Sebuah forum yang diikhtiarkan pengasuh ketiga, KHR Fawaid As’ad Syamsul Arifin untuk mempertemukan dua kutub pemikiran yang saat itu dikesankan berdiri secara diametral. Yaitu kelompok muda yg divonis “liberal” dan melenceng dari teks agama maupun turats dengan kelompok tua yang terkesan terkesan “tradisional dan tekstual”.

Baca Juga:  Dana BOS dan PIP Pesantren Tahap Pertama Mulai Cair

Ketiga, muktamar sastra 2018 M. Kegiatan yang terbilang langka dan mungkin tidak sempat terpikirkan di dunia pesantren ini digagas oleh KHR Ahmad Azaim Ibrahimy selaku pengasuh keempat. Sosok kiai kharismatik yang tidak hanya rasikh fidddin, tapi juga sangat bertalenta dalam dunia sastra. Terbukti salah satu karyanya, “Rindu Sebatang Pohon” mendapatkan tanggapan luar biasa dan disyarahi oleh beberapa sastrawan ternama.

 

 

 

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA