Search

Alumni Pesantren Harus Tampil di Struktural Pengurus NU

Majalahaula.id – Para alumni pesantren harus menunjukkan kiprahnya di struktural NU untuk meneruskan perjuangan para kiai dan masyayikh dalam berkhidmah secara nyata sekaligus ‘ngalap barakah’ NU. Posisi di struktur pengurus NU menjadi penting karena mampu memberi kemaslahatan dan kesejahteraan yang lebih luas bagi umat.

“Jangan pernah meragukan barakah dan karomah NU karena siapapun masuk NU, wallahi, jangankan agamanya, dunianya pun akan sejahtera,” kata Dai Muda Nahdlatul Ulama H M. Muslih (Gus Muslih) saat memberi mauidzah hasanah pada Haul KH Jamaluddin Al-Busthomi dan Haflah Tasyakur Akhirussanah Pesantren Roudlotussholihin Purwosari Lampung Tengah, Selasa (20/2/2024) malam.

Aktif di struktur kepengurusan NU mulai dari struktur NU ranting di desa sampai dengan PBNU menurutnya merupakan bentuk menyelamatkan agama Islam khususnya mempertahankan faham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Alumni pesantren lanjutnya harus pro aktif di struktur kepengurusan NU untuk menopang kekuatan dan karamah NU.

Baca Juga:  Dua Nyai Pesantren Jatim Ajak Diskusi Istri Anies tentang Pendidikan Anak

Di samping membina umat melalui majelis taklim dan kegiatan yang sudah ada seperti Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) dan sejenisnya, menurut Gus Muslih, akan lebih bermanfaat jika alumni pesantren juga berkiprah di struktural NU. Berkiprah di struktur NU lanjutnya akan mendapatkan berkah lebih karena NU merupakan organisasi yang penuh dengan tirakat para kiai.

Tirakat NU banyak dilakukan dan diajarkan para kiai dengan berbagai macam cara yang terwujud dalam tradisi warga NU. Ia mencontohkan seperti tradisi among-among yakni selamatan atau syukuran dalam wujud sedekah berupa paket makanan kepada orang lain. Among-among ini ungkapnya, memiliki makna filosofis mendalam yang juga merupakan wujud doa.

Baca Juga:  Peringati Muharram, LTNNU Kota Makassar Selenggarakan Bedah Buku

“Among-among itu sedekah makanan yang terdiri dari 4 macam yakni Nasi Gurih, Urap, Jajanan Pasar, dan Manisan,” jelasnya.

Ia pun menjelaskan makna filosofis keempat menu tersebut. Nasi Gurih adalah agar badan sehat agar hidup lancar, Urap agar penghasilan hidup lebih mudah, Manisan agar hidupnya selalu dalam kondisi manis dan menyenangkan, dan Jajanan pasar agar senantiasa disenangi oleh orang lain.

“Di NU itu semua ditirakati. Maka (hasilnya) kader NU itu menyenangkan semua. Kiai NU menyenangkan semua. Kiai NU kalau diundang pengajian bisa menghilangkan pusing. Kalau ada orang yang senyumnya saja menyebalkan, bisa jadi dia tidak pernah diamong-amongi,” kata Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Lampung Timur ini.

Baca Juga:  Mengumpulkan Jenazah Muslim dan Non Muslim Dalam Satu TPU Dibahas dalam Muktamar ke-32 NU

Hal ini diungkapkan karena saat ini, ada orang-orang yang bicara tentang agama bukan memberi kabar gembira, namun ujaran kebencian dan menyalahkan amaliah orang lain yang dilakukannya. Seharusnya agama memberi solusi bukan menambah rasa kebencian kepada sesama.

 

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA