Majalahaula.id – Dalam rangka memperingati Isra Mi’raj dan Haul Akbar KH. Abdullah (Mbah Dul) dan H. Agus Miftahul Ulum (Gus Ulum). Pondok Pesantren Singa Putih Munfaridin menggelar bedah buku dan lagu karya Romo KH Muhammad Syaifulloh Arif Billah.
Acara yang digelar pada Rabu, 7 Februari 2024 itu menghadirkan Guru Besar Universitas Islam Malang Prof Dr KH Imam Suprayugo, Doktor Refak University Tripoli of Libya Afrika Prof Dr Sulaiman Hasan Sulaiman, dan Ketua Tim Guru Bidang Pendma Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur Dr Najib Kusnanto.
KH Muhammad Syaifulloh Arif Billah, Pengasuh Pondok Pesantren Singa Putih Munfaridin menyampaikan, alasannya menciptakan lagu dan buku tidak lain karena patuh perintah guru. Ia diutus oleh gurunya membuat 41 lagu dan 41 buku iling-ilingan.
Buku iling-ilingan ini berisi tulisan pendek yang kemudian dihimpun dan dipublikasikan dalam bentuk buku. Hal ini adalah bagian penting dari upaya beliau mengajak atau berdakwah kepada masyarakat, tidak terkecuali kepada para guru, santri, dan seluruh warga besar pesantren yang sedang dipimpinnya.
Kiai Syaifulloh sapaan akrabnya menyebut, mulai buku jilid 1 sampai jilid 41 akan mengupas luas tentang dawuhnya Allah dalam Surat Al-Ashr yang berbunyi “Wal’ asr Innal insaana lafii khusr Il lal laziina aamanu wa ‘amilus saali haati wa tawa saw bil haqqi wa tawa saw bis sabr”.
“Sebagai manusia biasa, tentu tdak akan luput dari salah dan lupa. Maka sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk saling nasehat menasihati dan saling ingat mengingat, sehingga tidak terjerembab dalam kekufuran sebagai seorang hamba,” tuturnya.
Lebih lanjut, Kiai Syaifulloh mengatakan, buku dan lagu yang diciptakan tersebut sebetulnya untuk memberi contoh santri supaya dalam hidupnya bisa mengisi waktu dengan baik. Oleh karena itu santri idak boleh mengosongkan waktu, santri harus berprestasi, dan santri punya karya.
“Kiai itu sebagai contoh. Kalau kiainya terus berkarya, insyaallah santrinya jauh lebih berhasil berkarya. Maka, santri harus jauh lebih sukses dari kiainya,” ujarnya.
Kiai Syaifulloh mengatakan, buku dan lagu yang diciptakan itu juga menjadi pengingat bahwa setinggi apapun derajat dan kesuksesan seorang, tidak boleh lupa keluarga, saudara, dan tidak lupa dengan Allah.
“Hidup ini hanya sekali. Target hidup harus sukses, tidak boleh tidak sukses. Kalau pun takdirnya tidak sukses harus diyakini bisa sukses,” lanjutnya, “Allah itu bersama dengan prasangka hambanya. Kalau kita patuh kepada Allah sebaliknya akan dicintai oleh gusti Allah. Jadi, semua dasar itu dari Al-Qur’an, baik buku dan lagu yang saya ciptakan itu,” terangnya.
Di tempat yang sama, Prof Imam Suprayugo mengatakan, alasannya mengapa menghadirkan Doktor Sulaiman di tengah acara tersebut. Doktor Sulaiman orang besar di Libya, dulunya adalah Sekretaris Presiden Muammar Khadafi. Beliau memiliki hubungan luas ke berbagai negara di Eropa, seperti orang Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Belgia, Amerika, hingga Afrika.
“Beliau ini saya ajak ke sini adalah untuk memenuhi apa yang diingikan oleh Kiai Syaifulloh, cita-cita, perjuangan Kiai ingin santrinya yang belajar di sini nantinya bisa bertebaran di muka seluruh dunia,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata Prof Imam, lagu yang diciptakan Kiai Syaifulloh sumbernya dari Al-Qur’an. Mislanya lagu berjudul Ojo Lali Omahe. Lagu tersebut menjelaskan manusia itu punya dua rumah, rumah jasmani dan rumah rohani. Rumah jasmani adalah rumah kita masing-masing. Sedangkan, rohani kita punya rumah di Baitullah.
Sebagaimana diterangkankan dalam surat Al-Imron ayat 67-68 yang berbunyi ‘Innaa awlan naasi bi Ibraahiima lallaziinat taba ‘uuhu wa haazan nabiyyu wallaziina aamanuu; wallaahu waliyyul mu’miniin’. Lantas, Prof Imam mencontohkan, ibarat orang kalau meninggal rumah tidak pamit istri itu liar. Kata liar ini serba jelek karena tidak terikat, sekedar rumah jasmani. Lalu, kapan rumah rohani ditempati? ketika orang itu sholat lima waktu, kalau pun ada uang biasanya ke rumah rohani lewat umroh atau haji.
“Bangsa ini diingatkan oleh Kiai jangan menjadi orang liar. Baik liar jasmani maupun liar rohani. Jadi, sebetulnya yang dikarang oleh kiai bukan hanya sekedar membuat lagu, tapi sebenarnya adalah ingin bagaimana agar para santri itu memahami Al-Quran. Hanya, kalau disuruh ngaji Al-Qur’an mungkin anak-anak tidak menangkap, tapi kalau lewat lagu seperti ini maka anak-anak itu lalu Jadi. Selain ada hiburan ada, ada pesan yang masuk ke dalam hati,” tuturnya. *Lina