Search

Pesan Hari Santri: Bila NU Dijelekkan, Warga NU Harus Bergerak

JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengimbau agar Warga Nahdlatul Ulama (NU) tak tinggal diam di media sosial jika ada pihak yang melakukan propaganda menjelekkan, menyalahkan, bahkan mengafirkan cara berpikir, bergerak dan amaliah Ahlussunah waljamaah NU.

“Karena, Ahlussunah waljamaah NU merupakan ashabul haq (kebenaran) yang memiliki sanad atau rantai keilmuan yang terhubung kepada Nabi Muhammad shallahu alaihi wa salam,” kata Kiai Said.

NU, menurut Kiai Said, memiliki sanad kepada tokoh-tokoh yang jenius seperti Imam Syafi’i, Imam Asy’ari, Imam Ghazali, dan KH Hasyim Asy’ari.

“Nahnu ashabul haq. Jadi, warga Nahdliyin harus tanggapi propaganda mereka di media sosial,” kata Kiai Said dalam pesan khusus pada Hari Santri, Senin 22 Oktober 2018.

Baca Juga:  TNI-Polri Amankan Sejumlah Pemuda Terlibat Perang Sarung di Banyuwangi

Menurutnya, Imam Syafi’i merupakan tokoh yang jenius karena berhasil menggabungkan antara nash (dalil tekstual) dan akal.

“Orientalis pun menganggap Imam Syafi’i jenius, penggagas ushul fiqih. Menggabungkan antara nash dan akal. Kita pengikut Imam Syafi’i harus bangga, nahnu ashabul haq, jangan minder,” ucapnya.

Begitu juga dengan Imam Abu Hasan Al Asy’ari. Kiai Said mengatakan, Imam Asy’ari berhasil menciptakan konsep tentang sifat-sifat Allah yang dua puluh dan meletakkan sifat wujud menjadi sifat pertama Allah.

“Itu hasil produk kecerdasan Imam Asy’ari,” jelas kiai kelahiran Kempek Cirebon, Jawa Barat itu.

Sementara Imam Ghazali dikenal dengan produktivitas tulisannya yang berhasil menyusun banyak kitab tentang berbagai disiplin ilmu, seperti menulis kitab fiqih, ushul fiqih, ilmu kalam, akhlak, tasawuf, dan filsafat.

Baca Juga:  Heboh Penyakit Mulut-Kuku Serang Hewan Ternak di Jatim

Terakhir, KH Hasyim Asy’ari yang dianggap cerdas atas jargon hubbul wathan dari iman-nya. Menurut Kiai Said, jargon tersebut berhasil mengharmoniskan hubungan antara agama dan nasionalisme.

“Kita sudah mengharmoniskan antara agama dan nasionalisme, tidak lagi berhadapan antara agama dan nasionalisme,” ucapnya. (Red)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA