Search

Resmi Dibuka Halaqah Fiqih Peradaban jilid II di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah

Majalahaula.id – Halaqah Fiqih Peradaban jilid II yang diadakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah resmi dibuka di Aula Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Asembagus Situbondo pada Rabu (04/10/2023).

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy berpesan bahwa Islam harus menjadi petunjuk serta bersikap moderat, dan beracuan pada misi Islam Rahmatan lil ‘Alamin dalam memahami hukum Islam.

“Kita harus membuka cakrawala bagaimana Islam sebagai petunjuk yang mengarahkan kepada sikap moderat Alwasathiyah, tidak ekstrem dan menyimpang dari Islam sebagai agama yang mengandung misi Rahmatan lil ‘Alamin dalam memahami suatu hukum Islam,” ujarnya.

Kiai Azaim menceritakan tentang fenomena mudahnya berfatwa di era 5.0 dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada dan berkembang saat ini dengan tidak beracuan pada ilmu fiqih yang ada.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Tremas Pacitan, Pengasuh Ajak Jalin Hubungan Baik dengan Pemerintah

“Fenomena media sosial berbekal podcast 1 orang dengan 3 tim kreatif sudah bisa memproduksi berbagai fatwa. Ini luar biasa ada percepatan fiqih peradaban, ini harus disaingi dengan fiqih peradaban yang sebenarnya,” terang kiai yang juga merupakan mustasyar PBNU tersebut.

Pihaknya menegaskan, jika Islam adalah agama yang universal dan tidak kaku dalam menyikapi dinamika dan problematika, baik dalam berkehidupan pribadi maupun menyikapi permasalahan besar yang berkaitan dengan umat manusia lainnya.

Menurutnya, Islam sendiri bukanlah agama yang kaku, melainkan agama yang luwes, dinamis dan universal sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyid Muhammad Bin Ali Al-Maliki bahwa jika kehidupan umat ini stagnan, maka syariat Islam akan hadir untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru.

“Dan keperluan hidup berubah dengan luwes, dinamis dan universal,” tandasnya.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Ummil Mu’minin Kutorejo Mojokerto, Miliki Beberapa Majelis Taklim untuk Kajian

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, agenda Fiqih Peradaban ini berangkat dari kegelisahan atas munculnya beberapa isu dan konflik nasional bahkan internasional yang tengah melanda umat manusia saat ini sehingga Islam harus hadir untuk menyelesaikan berbagai persoalan dunia.

“Umat Islam harus dewasa dalam menghadapi masalah besar yang sangat mendasar akarnya dan berpotensi mengancam keselamatan seluruh dunia dan berpotensi menciptakan kerusakan besar-besaran sehingga bisa meruntuhkan segala peradaban dunia. Konflik yang terjadi di tempat terpencil pun dampaknya dapat menyebar ke seluruh dunia,” ujar Gus Yahya.

Lebih lanjut Gus Yahya menekankan jika yang dibahas dalam halaqah fiqih peradaban ini bukan hanya sekedar membahas fiqih tentang hukum hukum yang sudah ada, tetapi juga membahas sesuatu yang terjadi atau yang akan terjadi.

Baca Juga:  Perhatikan 5 Rukun dan 7 Ruh Pesantren saat Akan Memondokkan Anak

“Oleh karenanya yang kita butuhkan bukan sekadar fiqih yang hanya menetapkan hukum-hukum terhadap sejumlah waqai’ yang ada saja, bukan sekadar satu istinbat yang bersifat reaksioner terhadap yang telah atau sedang terjadi, tetapi kita butuh fiqih peradaban yang dapat mencari jalan keluar dari segala kekacauan yang terjadi,” jelas dia.

Di akhir sambutannya Gus Yahya mengajak kepada para ulama, khususnya ulama NU untuk tidak menutup mata atas segala konflik yang ada dan tengah melanda dunia.

“Maka kita adakan serial halaqah ini untuk memastikan agar ulama-ulama kita ini tahu, kemudian ikut memikirkan serta mencari solusi atas banyaknya problem problem yang terjadi saat ini sehingga Islam harus hadir dalam menyelesaikan persoalan di dunia ini,” pungkasnya. Dy

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA