Search

Dwikorita Karnawati November Diperkirakan Turun Hujan

Majalahaula.id – Ada kabar gembira bagi masyarakat di tanah Air. Karena menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ini, puncak El Nino akan bertahan hingga akhir Oktober 2023. El Nino diprediksi moderat hingga akhir 2023 dan mulai melemah di Februari-Maret 2024. Fenomena itu diperkirakan berakhir pada Maret tahun depan.

“Alhamdulillah karena adanya angin monsun dari arah Asia sudah masuk ini mulai November, jadi kita akan insya Allah mulai turun hujan di bulan November,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (03/10/2023).

Dengan demikian, pada November 2023, menurut Dwikorita, mulai terjadi transisi dari kemarau ke musim hujan. “Artinya, pengaruh El Nino akan mulai tersapu oleh hujan sehingga diharapkan kemarau kering itu insya Allah berakhir secara bertahap. Ada yang sebelum November tapi sebagian besar mulai November, ada yang lebih mundur lagi,” ucap dia.

Baca Juga:  Kisah Pahlawan Safari Wukuf dan Senyum Jamaah Haji Lansia

Adapun pada Selasa, Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas (ratas) yang membahas soal El Nino di Istana Kepresidenan. Dalam rapat tersebut, Presiden Jokowi dan jajaran membahas mulai dari soal kekeringan, ketersediaan air bersih, situasi pertanian, hingga antisipasi dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Hal tersebut seperti diketahui merupakan atensi banyak kalangan seiring dengan kondisi yang tidak menentu akhir-akhir ini.

Pada kesempatan tersebut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan, Presiden memberikan tiga arahan dalam ratas tersebut. “Yang pertama pemetaan persoalan secara komprehensif. Yang kedua fokus untuk strategi tersedianya air, dan yang ketiga daerah sentra produksi pangan agar dicek terus menerus untuk kecukupan air,” kata dia.

Baca Juga:  H Jazilul Fawaid - NU DKI Jakarta sebagai Barometer

Terkait dengan karhutla, Siti menyampaikan bahwa berdasarkan data per 2 Oktober 2023, terdapat 6.659 titik panas (hot spot) dan kalau tidak ditangani dengan baik bisa saja terus bertambah. Dari jumlah tersebut, ada peluang 80 persen menjadi titik api atau fire spot. “Areal yang terbakar sudah terekam 267.000 hektare dan perkiraan saya dengan situasi bulan September kemarin dan Oktober, kelihatannya masih akan bertambah,” ujar Siti. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA