Search

Angelina Sondakh Body Check adalah Kemunduran

Majalahaula.id – Setelah adanya laporan polisi dari salah satu finalis Miss Universe Indonesia terkait kasus pelecehan atau kekerasan seksual di Polda Metro Jaya, santer mengemuka dugaan body check yang dilakukan selama gelaran Miss Universe Indonesia (MUID) tidak sesuai prosedur.

Terhadap masalah yang menjadi pembicaraan wara tersebut, Puteri Indonesia 2001 ini, mengatakan kejadian yang ada merupakan suatu kemunduran yang besar bagi ajang kontes kecantikan di Tanah Air. “Ini suatu kemunduran yang luar biasa karena beauty pageant yang diharapkan dapat meng-upgrade nilai perempuan, justru mengeksploitasi perempuan,” katanya dalam sebuah video unggahannya di Instagram. Hal tersebut tentu saja sebagai bentuk keterpanggilannya melihat polemik yang sedang beredar.

Baca Juga:  Faisal Basri Pertanyakan Penundaan Pemilu

Mantan anggota DPR RI yang sempat tersangkut permasalahan hukum menganggap sudah sangat keterlaluan apabila memang benar para finalis tidak hanya dilakukan body check tidak sesuai prosedur. Tapi mereka juga dikatain apabila ada bagian tubuh finalis dianggap tidak ideal alias body shaming. “Tidak hanya eksploitasi fisik, tapi ini mental pun kena,” katanya lebih lanjut.

Lebih lanjut dirinya kemudian menceritakan bahwa saat mengikuti kontes kecantikan pada 2001 silam, ia mengaku tidak mengalami body checking seperti dilakukan penyelenggara Miss Universe Indonesia di tahun ini.

Kendati demikian, pihak penyelenggara memiliki kepentingan pada bagian tubuh peserta agar terlihat bersih dan mulus. Ada cara yang dilakukan pihak penyelenggara pada saat itu untuk mengetahui bagian tubuh peserta atau calon peserta dalam keadaan bersih atau tidak. “Pada saat pendaftaran ditanyakan apa ada luka bakar, tato, atau stretchmark ? Jika jawabannya ada, maka otomatis akan gugur,” ujar dia.

Baca Juga:  H Ali Masykur Musa - Munculkan Spirit Komite Hijaz

Selain itu, untuk memvalidasi pengakuan para peserta, ada semacam perawatan spa diberikan oleh pihak penyelenggara. Terapis yang bertugas akan memastikan pada bagian tubuh peserta apakah ada tato, luka bakar, atau sejenisnya. “Itu sekalian dilihat apakah jawaban pada formulir pendaftaran mengenai tidak ada luka bakar dan lain-lain, bisa terkonfirmasi atau tidak,” jelasnya.

Masalah ini masih menjadi polemik dan dalam penanganan pihak kepolisian. Hal tersebut lantaran adanya laporan dari salah satu peserta. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA