Majalahaula.id – Universitas Prasetiya Mulya meresmikan rumah produksi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan jenama Sabun Zahra di Pondok Pesantren (Ponpes) Daarul Mukhlisin, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.
Peresmian rumah produksi UMKM tersebut merupakan bagian dari Program Manusia Paripurna Pancasilais yang dicanangkan oleh Universitas Prasetiya Mulya pada 2023 ini.
“Tujuan utama Universitas Prasetya Mulya dengan program ini yakni mengentaskan kesenjangan kesejahteraan dengan membantu peningkatan kapasitas UMKM,” kata Wakil Rektor I Universitas Prasetiya Mulya Prof. Agus W. Soehadi saat meresmikan rumah produksi UMKM tersebut di Kuningan, Jawa Barat, Selasa.
Ia mengatakan peningkatan kualitas UMKM di Ponpes Daarul Mukhlisin juga dibarengi dengan peningkatan kualitas santri agar dapat bersaing di dunia kerja. Dia menyebutkan terdapat setidaknya tiga hingga empat juta santri di Indonesia dengan berbagai kompetensi, yang salah satunya adalah karakter yang sudah terdidik.
“Di dunia kerja kan lebih sering yang diunggulkan anak SMA/SMK, padahal pesantren kan diperkuat (pendidikan karakternya), kenapa tidak coba fokus ke pesantren?,” kata Agus W. Soehadi .
Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Ponpes Darul Mukhlisin K.H. Yayat Hidayat mengapresiasi upaya Universitas Prasetiya Mulya dalam mengadakan program tersebut.
“Ini program yang keren, karena merupakan kolaborasi pengembangan usaha yang juga kemandirian para santri,” katanya.
Ia mengatakan Program Manusia Paripurna Pancasilais sangat cocok diterapkan di ponpes tersebut, lantaran dalam usahanya, Ponpes Daarul Mukhlisin turut melibatkan warga Desa Cisantana yang mayoritas merupakan penganut agama Katolik.
Yayat Hidayat berharap program tersebut dapat terlaksana dengan baik, serta usaha yang dilakukannya dapat berkembang dengan pesat.
Program Manusia Paripurna Pancasilais adalah program yang dicanangkan oleh Universitas Prasetiya Mulya yang bertujuan untuk melaksanakan tujuan mulia bagi sesama, dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Bank Indonesia meminta pelaku usaha mikro kecil dan menengah berprinsip syariah dari lingkungan pesantren untuk meningkatkan penetrasi bisnisnya dengan memanfaatkan jaringan dan infrastruktur ekonomi digital.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam pembukaan Sarasehan Pondok Pesantren dalam Pra- Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Jakarta, Selasa, mengatakan pelaku usaha dari pesantren perlu mengenalkan bisnisnya dengan aspek-aspek ekonomi digital seperti untuk kegiatan pemasaran, agar tidak tertinggal dengan akselerasi pelaku ekonomi konvensional.
Terlebih di Indonesia pasar konsumen ekonomi digital begitu besar. Produsen barang-barang dari lingkungan pesantren harus memanfaatkan pasar ekonomi digital. Nilai ekonomi digital Indonesia, pada 2019, menurut Dody, mencapai Rp560 triliun.
“Besar sekali pasar ekonomi digital Indonesia, dan perlu memikirkan cara bagaimana kita sinergikan kegiatan usah pesantren dengan konteks digital tadi,” ujar dia.
Dalam enam tahun ke depan hingga 2025, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik dari Rp560 triliun tahun ini mencapai Rp1.400 triliun. Oleh karena itu, BI mendorong penguatan ekonomi pesantren agar mampu bersaing dengan pengusaha konvensional untuk memanfaatkan digitalisasi ekonomi