Majalahaula.id – Kesempatan anak didik penyandang disabilitas untuk menuntut ilmu di sekolah luar biasa (SLB) saat ini masih sulit. Pasalnya jumlah SLB sangat terbatas. Umumnya lembaga SLB berada di perkotaan, sehingga sulit diakses masyarakat perdesaan. Karenanya, perlu ada kepedulian dari berbagai kalangan agar masalah ini dapat teratasi dengan baik.
Sorotan soal akses SLB untuk penyandang diambil tersebut disampaikan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional atau Baznas bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan ini. “(Layanan) SLB di kampung-kampung itu susah,” katanya dalam peluncuran Beasiswa Khusus Disabilitas, Daerah 3T, dan Komunitas Adat di Jakarta pada Kamis (13/07/2023).
Dia mengatakan, warga di desa atau perkampungan harus keluar biaya ekstra jika ingin menyekolahkan anaknya yang disabilitas di SLB. Bagi sebagian orang di desa, biaya tersebut terbilang besar, ujungnya anak yang disabilitas tidak mengenyam pendidikan.
Namun demikian, di banyak kesempatan dirinya bersyukur karena sebagian masyarakat ikut terlibat mengatasi masalah tersebut. Contohnya di Nusa Tengara Barat (NTB), Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU setempat mendirikan madrasah inklusi. Sehingga bisa membuka akses masyarakat setempat untuk menyekolahkan anak-anaknya di layanan pendidikan inklusi. “Jadi tidak perlu ke SLB, tapi cukup di madrasah inklusi,” katanya.
Menurut dia layanan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus sangat penting. Saidah mencontohkan suatu saat dia berkunjung ke Madura. Di sana dia berjumpa dengan anak penyandang tuna netra. “Dia hafal 17 juz. Bacaannya bagus,” katanya.
Padahal anak usia belasan tahun itu tidak bisa baca aksara Braille. Ternyata ada tuna netra itu belajar Al-Qur’an lewat tape recorder yang selalu dia bawa ke mana-mana. “Akhirnya saya bantu masuk ke pesantren, yang ada pengajaran aksara Braille,” tuturnya. Oleh karena itu dirinya berharap, ke depan anak itu diharapkan bisa membaca Al-Qur’an Braille.
Pada saat yang sama dirinya menyebut adanya beasiswa. Harapannya, hal tersebut bisa membantu layanan pendidikan anak-anak disabilitas, juga juga anak-anak dari daerah 3T dan komunitas adat. Masing-masing lembaga bisa mendapatkan beasiswa Rp50 juta sampai Rp100 juta, tergantung program yang diusulkan. (Ful)