Majalahaula.id – Ridwan Maulana selaku Wakil Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, memberikan catatan terkait jumlah stunting di 34 provinsi di Indonesia. Dirinya kemudian mengerucutkan angka tersebut di kawasan setempat yang juga demikian memprihatinkan.
“Kota Tasikmalaya berada di angka 22,4 persen dan masih jauh dari target WHO yakni berada di bawah 20 persen,” katanya, Kamis (22/06/2023).
Dikatakan bahwa program Pemerintah Kota Tasikmalaya yang kali ini dilakukan ini Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah untuk prevalensi stunting dengan berbagai cara yang udah dilakukan tidak mempunyai dampak sama sekali.
Contohnya lanjut Ridwan, program bapak asuh, setiap pegawai SKPD yang ada di Kota Tasikmalaya diharuskan menjadi bapak asuh. “Menurut kajian kami program bapak asuh ini hanya fokus sebagai fungsi penyaluran suplai protein saja dan sebagai pengawas habis atau tidaknya suplai makanan tersebut, kalau seperti itu suplai sumber protein sudah habis ya udah bapak asuh kembali lagi bekerja sesuai bidangnya masing-masing,” ujarnya.
Ini menandakan katanya, bahwa Pemerintah Kota Tasikmalaya di bawah komando Cheka Virgowansyah hanya sekadar “main-main” saja dan tidak ada konsep yang bertujuan jangka panjang untuk menangani stunting ini. “Kalau dengan program bapak asuh masih konsepnya seperti ini, angka stunting di Kota Tasikmalaya akan sangat sulit teratasi karena apabila suplai protein sudah habis tidak akan ada yang diberikan,” kata dia.
Seharusnya katanya lagi, Pemerintah Kota Tasikmalaya mempunyai konsep jangka panjang untuk penanganan stunting ini contohnya seperti penguatan dalam sektor pertanian dan lingkungan, seperti menanam tanaman yang mengandung protein. Kemudian dalam lingkungan tambahnya, yaitu penangan sampah yang juga menjadi skala prioritas utama program pemerintah tapi sampai saat ini masih belum juga menemukan titik penyelesaian. (Ful)