Majalahaula.id – Jamaah calon haji tertua asal Sulawesi Utara (Sulut) berusia 100 tahun atau seabad. Nenek bernama Jima Juma itu masih terlihat bugar dan kuat menarik kopernya sendiri. Ekspresi bahagia terpancar setiap nenek Jima Juma berpapasan dengan rekan seangkatan dalam Kloter 17 jamaah calon haji asal Kota Manado.
Selama bertahun-tahun, nenek kelahiran Kota Makassar pada 1 Juli 1922 itu selalu menaruh impian bisa pergi ke Tanah Suci melaksanakan ibadah haji. Anak-anaknya pun mendukung dan berusaha keras mewujudkan keinginannya itu.
Meskipun merupakan anggota JCH asal Sulut paling tua ini, Nenek Jima tidak pernah kecewa ketika aturan usia membatasi dirinya untuk ke Tanah Suci. Nenek Jima tetap bersemangat. Putus asa tidak ada dalam kamus keluarga Nenek Jima.
Kini, pada usia satu abad Nenek Jima akan memenuhi impian suci tersebut. Dia dan Rostina, anak perempuannya yang disekolahkan hingga meraih gelar strata satu ini, terdaftar sebagai jamaah calon haji asal Manado yang berangkat pada 17 Juni 2023 dan bertolak ke Embarkasi Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kesehariannya, Nenek Jima masih cukup aktif. Dia tetap bekerja dan menghabiskan sebagian besar waktu di kebun kecil di depan rumahnya, dengan menanam sayur-sayuran, memasak, bahkan mencuci pakaiannya seorang diri.
Nenek Jima tidak mau merepotkan anaknya, karena menurut dia, fisiknya masih sangat kuat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Rostina, salah satu rahasia ibunya sangat sehat dan panjang umur adalah pola makan sehat serta terus beraktivitas.
Nenek Jima selalu mengonsumsi makanan alami, terutama sayuran yang segar dan bening, dengan daun kelor menjadi kesukaannya. Makanan sehat dan alami telah menjadi kebiasaan Nenek Jima sejak kecil, dan hal itu mungkin merupakan faktor penting dalam kesehatannya yang luar biasa.
Bahkan, kata Rostina yang merupakan salah satu aparatur sipil negara (ASN) dan mengajar di Sekolah Al-Khairat Mapanget, Manado, mengungkapkan bahwa ibunya tidak pernah melewatkan shalat lima waktu. “Beliau juga terus berdoa untuk keberangkatan ke Tanah Suci hingga terwujud pada tahun 1444 Hijriah,” ujarnya.
Sehari-harinya, Nenek Jima memang suka cepat lelah. Namun dia masih tetap berolahraga setiap hari dengan berjalan di depan rumah sejauh 20 meter setiap pukul 11.00 Wita selama 10 menit.
Hal ini dilakukan untuk melatih tubuhnya agar pada saat menjalankan ibadah haji di Tanah Suci ia mampu berjalan jauh untuk menunaikan ibadah.(Hb)