Majalahaula.id – Melihat secara langsung wujud Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam merupakan hal yang diimpikan banyak orang, bahkan oleh mereka yang telah beberapa kali menunaikan haji ataupun umrah. Hal itu karena Ka’bah demikian dimuliakan oleh orang Islam.
Kesempatan melihat langsung Ka’bah tidak banyak dimiliki orang. Karenanya, saat dapat melihat secara langsung tentu ada nuansa yang berbeda. Hati terasa dalam kesenangan yang sangat dan berbunga-bunga.
Dikutip dari NU Online, saat melihat sesuatu yang indah kita dianjurkan untuk bertasbih memuji sang Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Begitupun dengan kita saat melihat Ka’bah di Baitullah.
Dalam kitab Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri menyebutkan:
: روى الشافعي في مسنده عن ابن جريج أنّ النبيّ صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى البيت رفع يديه، وقال
اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيفًا وَتَعْظِيمًا وَتَكْرِيمًا وَمَهَابَةً وَزِدْ مَنْ شَرّفَهُ وَكَرّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوِاعْتَمَرَهُ تَشْرِيفًا وَتَكْرِيمًا وَتَعْظِيمًا وَبِرًّا
Imam Syafi’i meriwayatkan dalam musnadnya dari Ibnu Juraij, bahwa Nabi Muhammad SAW jika melihat Ka’bah, maka beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
Allahumma zid hâdzal baita tasyrîfan wa ta‘dzîman wa takrîman wa mahâbatan wa zid man syarafahu wa karamahu mim man hajjahu awi’tamarahu tasyrîfan wata’dzhîman watakîman wabirran.
Artinya: “Ya Allah, tambahkan lah kemuliaan, kehormatan, keagungan dan kehebatan pada Baitullah ini dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan, menghormati dan mengagungkannya diantara mereka yang berhaji atau yang berumroh padanya dengan kemuliaan, kehormatan, kebesaran dan kebaikan.”
Hadits yang berisi doa di atas dikomentari oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab al-Talkhis:
وهو معضل فيما بين ابن جريج والنبي صلى الله عليه وسلم
Artinya: “Ini termasuk riwayat mu’dhal (dua rawi atau lebih gugur, red) antara Ibnu Juraij dan Nabi SAW.” (Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri, Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi, Syirkah al-Quds, Kairo, cetakan kedua tahun 2013, juz 3, hal. 48)
Meski demikian, Imam Syafi’i mengatakan setelah meriwayatkan hadits di atas:
ليس في رفع اليدين عند رؤية البيت شيء فلا أكرهه ولا أستحبّه
“Mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah bukanlah apa-apa, maka aku tidak memakruhkannya, juga tidak mensunnahkannya. (Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri, Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi, Syirkah al-Quds, Kairo, cetakan kedua tahun 2013, juz 3, hal. 48)
Dari penjelasan itu dapat diambil kesimpulan dari perkataan Imam Syafi’i, bahwa mengangkat tangan saat melihat Ka’bah bukanlah suatu hal yang makruh, juga bukan sunnah. Demikian permasalahan mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah.
Adapun doa ketika melihat Ka’bah, dari kandungannya saja kita dapat melihat bahwa doa itu baik untuk kita amalkan. Wallahu a’lam.