Majalahaula.id – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas melakukan klarifikasi atas penundaan penerbangan jemaah haji dengan maskapai Garuda Indonesia dan Saudia Airlines. Yaqut mengatakan alasan Garuda sempat tertunda karena masalah spare part, sementara masalah Saudia Airlines adalah belum siap.
“Jadi begini kira-kira keterlambatan salah satunya karena ada spare part pesawat yang harus didatangkan dari Lituania ini membutuhkan waktu, ini kalau versi Garuda, sementara global supply chain itu sekarang semua terganggu akibat perang Rusia-Ukraina, jadi ini salah satu faktor keterlambatan oleh spare part yang belum tersedia,” kata Yaqut saat Konferensi Pers RTM Evaluasi Pelaksanaan Ibadah Haji 1444 H/2023 M yang disiarkan di YouTube Kemenko PMK, Selasa (6/6/2023).
Sedangkan Saudia Airlines, Yaqut menilai belum ada kesiapan dari pihak maskapai. Sebab, setiap pesawat yang datang jumlah kursi penumpangnya tidak sesuai dengan kontrak yang ada.
“Kalau versi Saudia Airlines mereka sepertinya belum siap pesawatnya sesuai kontrak, jadi ada pesawat mereka yang datang tidak sesuai kontrak misal seharusnya satu pesawat bisa ditempati 480 jemaah tapi faktanya yang datang kapasitasnya hanya 405 jemaah sehingga ada 75 jemaah lain yang harus menunda keberangkatan, jadi ini yang begini jadi catatan kami dan pasti ke depan ada catatan tertentu selain di kontrak juga ada penalti, jika ada keterlambatan, tak sesuai jadwal semua ada penaltinya,” jelasnya.
Yaqut mengatakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan bicara ulang dengan dua maskapai tersebut. Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi keterlambatan dalam mengangkut jemaah haji.
Dilansir dari situs Kemenag RI, peristiwa perubahan kapasitas pesawat Saudia terjadi sejak awal fase pemberangkatan jemaah haji. Saat itu, jemaah kloter 2 embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 02), dijanjikan oleh Saudia Airlines akan diterbangkan dengan pesawat berkapasitas 480 orang.
Namun, faktanya, Saudia Airlines tidak sanggup mendatangkan pesawat berkapasitas 480. Malahan yang datang pesawat dengan kapasitas hanya 405 jemaah.
Ketidakprofesionalan lainnya yang dilakukan Saudia Airlines adalah keterlambatan atau perubahan jadwal penerbangan. Sampai hari ini, sudah tercatat ada lebih 10 kali perubahan jadwal penerbangan. Hal ini juga mengganggu kenyamanan jemaah, karena berdampak pada layanan di asrama haji, bahkan hingga hotel di Madinah. (Hb)