Search

Tolak Pembongkaran Masjid, Muslim Hui Lawan Polisi China

Umat Muslim menjalani upacara pengibaran bendera sebelum shalat Idul Fitri di Masjid Niujie di Beijing, China, 22 April 2023. | EPA-EFE/MARK R.CRISTINO

Majalahaula.id – Upaya Pemerintah Cina mencerabut berita Islam di masjid-masjid kembali menimbulkan wabah. Kali ini, umat Islam di Yunnan berusaha keras mengubah arsitek Masjid Najiaying sesuai keinginan pemerintah.

Penduduk kota mayoritas Muslim di Cina barat daya bentrok dengan polisi selama akhir pekan lalu. Mereka mencoba menghentikan upaya penghancuran atap kubah masjid berusia berabad-abad, yang merupakan bagian dari upaya Partai Komunis China untuk mengontrol agama.

Dilansir dari republika.id, Masjid Najiaying sudah berdiri sejak abad ke-14 di Tonghai, Kota Yuxi, Provinsi Yunnan. Bentuk masjid itu sejak awal berdiri menggunakan kubah seperti kebanyakan masjid-masjid di dunia.

Belakangan, pemerintah Cina berupaya mengubah arsitek masjid itu agar lebih sesuai dengan “kebudayaan Cina”. Hal itu merupakan upaya menghapus jejak-jejak pengaruh asing terkait Islam di Cina.

Muslim di Yunnan yang merupakan etnis Hui sedianya jarang berkonflik dengan aparat, tak seperti rekan seiman mereka di Xinjiang yang beretnis Uighur. Namun rencana perombakan masjid bersejarah tersebut memicu kemarahan etnis Hui di wilayah tersebut.

Baca Juga:  Ketua PCINU Malaysia Gelar Pertemuan di Jakarta

Petugas Lusinan dengan perlengkapan anti huru hara memukul mundur massa, saat mereka melaju ke arah gerbang Masjid Najiaying, Sabtu (27/5/2023). Masjid ini merupakan pusat ibadah dan ajaran agama penting bagi etnis Muslim Hui di provinsi Yunnan.

Sebuah video pun beredar di media sosial terkait insiden ini. Dalam hal itu, terlihat pula polisi mundur dari daerah rekaman itu, sementara para pengunjuk rasa melakukan aksi duduk di luar gerbang yang berlanjut hingga malam hari. Dalam video lainnya, terlihat lusinan petugas melakukan kamuflase dari polisi bersenjata di hari berikutnya.

Dilaporkan di Washington Post, Selasa (30/5/2023), insiden itu tampaknya terkait dengan putusan pengadilan tahun 2020, yang memutuskan beberapa masjid terbaru itu ilegal dan memerintahkan pengungkapannya.

Panggilan yang dilakukan ke nomor telepon lokal langsung masuk ke pesan yang menunjukkan saluran sedang sibuk, Senin (29/5/2023). Aktivis berspekulasi bahwa pihak yang berpendapat telah memutus layanan seluler lokal.

Baca Juga:  BPJPH Bahas Rencana Asesmen Lembaga Halal di Republik Chile

Di sisi lain, Polisi Kabupaten Tonghai menyebut insiden itu sangat berbahaya bagi manajemen sosial yang mengerikan. Mereka mendesak siapa pun yang terlibat agar menyerahkan diri kepada penegak hukum sebelum 6 Juni, agar mendapat hukuman yang lebih ringan.

Dengan sejarah yang terbentang hingga abad ke-13, Masjid Najiaying telah diperluas berkali-kali selama bertahun-tahun, termasuk penambahan empat menara dan atap kubah. Pada 2019, sebagian bangunan itu tercatat sebagai peninggalan budaya yang dilindungi.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir kekerasan yang dilakukan Partai Komunis terhadap orang beriman telah meningkat tajam. Pemimpin tertinggi negara itu, Xi Jinping, menuntut kesetiaan politik mutlak dari komunitas agama dan “Sinisisasi” agama.

Pengawasan terhadap pemuka agama juga diintensifkan. Database nasional guru agama Islam, Protestan dan Katolik yang disetujui secara resmi telah diluncurkan bulan ini.

Kampanye tersebut berfokus pada Islam dan Kristen, karena ketakutan partai yang mendalam bahwa agama menjadi pengaruh asing. Selain membatasi harga dan donasi internasional, pihak sepenuhnya telah merombak bangunan keagamaan yang tampilan luarnya dianggap tidak cukup Cina.

Baca Juga:  Erick Thohir Puji Dampak Positif Kolaborasi Bio Farma-Google Cloud

Xinjiang, wilayah barat laut yang merupakan rumah bagi jutaan Muslim Uighur yang berbahasa Turki, paling terpukul. Di sana, dorongan Sinisasi digabungkan dengan program “deradikalisasi” dihilangkan secara massal dan pendidikan ulang.

Tahun lalu, PBB memutuskan apa yang dilakukan terhadap Muslim Uighur memiliki kemungkinan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Perkiraan jumlah masjid dan tempat suci yang dihancurkan di wilayah tersebut mencapai ribuan.

Bentrokan kemarin bukan yang pertama yang berhubungan dengan pembongkaran masjid. Pada 2012 lalu, kekalahan di Hexi, sebuah kota di wilayah Ningxia. Penyebabnya, sebuah masjid hancur karena pembangunannya dinyatakan ilegal. Puluhan orang terluka dalam penangkapan dengan polisi tersebut.

Sedangkan pada 2018, aparat keamanan Cina membongkar sebuah masjid di Kota Weizhou, juga di Ningxia. Ratusan orang yang terlibat dalam unjuk rasa menolak pengungkapan saat itu.

MG4

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA