Majalahaula.id – Dr Rieke Diah Pitaloka Intan Purnamasari SS MHum atau Rieke Diah Pitaloka adalah seorang artis sekaligus politisi yang baru-baru ini merilis single perdana bernuansa religi, yaitu “I’Tiraf: Shalawat Abu Nawas”. Lagu tersebut sebagai gebrakan di bulan suci Ramadlan bagi pemeran Oneng di sitkom Bajaj Bajuri ini.
Rieke Diah Pitaloka bukan hanya sekadar membuat single religi, lebih dari itu, lagu tersebut merupakan hasil dari perjalanan religiusnya selama ini. Setidaknya beberapa bulan lalu setelah Rieke Diah Pitaloka menginjak usia 49 tahun pada Januari 2023.
“Kok kayaknya yang biasanya selebor, selengeean, masuk pada momen yang… Oke, sepertinya saya harus memulai dengan hidup yang baru,” kata Rieke Diah Pitaloka ditemui di Kukusan, Depok, Jawa Barat pada Senin (27/3/2023) dilansir dari suara.com.
Rieke Diah Pitaloka yang merupakan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejak 2001 ini mengatakan, lagu tersebut sebenarnya memiliki titik balik yang memang bukan langsung ke lagu religi. Melainkan ungkapan banyak merasakan kehilangan orang-orang tersayang, terutama pada saat pandemi virus Covid-19.
Menurutnya, merasakan kehilangan orang tersayang secara tidak langsung mengingatkan kepada semuanya bahwa hidup ini hanyalah sementara, bahkan terkadang dilalui dalam waktu yang cukup singkat. Karena demikian sebuah pengakuan kepada ilahi atas perbuatan dosa penting, agar manusia sadar ia bukanlah siapa-siapa di mata Tuhan.
“Ya, ada kecemasan, khawatir, kehilangan. Saya berpikir, oh iya ya hidup ini singkat. Kita mau apa?” ujar Rieke Diah Pitaloka.
Dalam perjalanan ini, Rieke Diah Pitaloka menemukan orang-orang yang menguatkan. Di sinilah ia juga bertemu seseorang yang lebih memperkenalkan pada shalawat. “Ini membuat saya tertarik. Mendengarnya, hati lebih adem,” tuturnya.
Di sinilah akhirnya terbesit dalam hati Rieke Diah Pitaloka membuat single religi dengan mengelaborasikan shalawat. Shalawat yang dipilih adalah syair Abu Nawas, I’tiraf. Isinya pun memiliki keterkaitan di mana hidup yang singkat, lalu meminta ampunan atas dosa selama ini.
“Pertaubatan Abu Nawas dengan syair yang menyentuh, simple tapi tetap mengingatkan kita pada tujuannya,” pungkas perempuan kelahiran 9 Januari 1974 ini. (Hb)
