Majalahaula.id – Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil menjelaskan rahasia kitab Al-Iqtishad fi al-I’tiqad karya Imam al-Ghazali. Kitab itu dikaji setiap malam Ramadlan 1444 Hijriyah seusai shalat tarawih yang ditayangkan di kanal youtube Ghazalia College dikutip Kamis (23/3/2023).
“Keunikan kitab ini, dari judulnya sudah mengatakan isinya. Kata Al-Iqtishad bermakna jalan tengah dan fi al-I’tiqad berarti dalam masalah akidah. Jadi kitab Al-Iqtishad membahas jalan tengah dalam akidah,” jelas Gus Ulil.
Ia menjelaskan, jalan tengah yang dipilih Al-Ghazali dalam kitab ini merupakan ciri khasnya dalam bersikap. Jalan tengah ini sebenarnya tidak hanya diyakini Al-Ghazali, tapi diikuti mayoritas umat Islam dunia dan dianggap oleh ulama sebagai jalan yang adil.
Imam Ghazali dalam fikih mengikuti Imam Syafi’i, mayoritas pengikut mazhab Syafi’i dan Maliki berakidah Ahlussunnah wal Jamaah dengan ciri mengambil jalan tengah di antara dua titik ekstrem, yakni ekstrem kiri dan ekstrem kanan.
Di bidang akidah, Al-Ghazali mengambil jalan tengah dengan berdiri di antara Muktazilah yang sangat rasional ekstrem dan Hasyawiyah (kelompok yang bertumpu pada pemahaman harafiyah, teks, tidak mau melakukan penalaran rasional).
“Ciri khas cara pandang al-Ghazali yaitu selalu mengambil jalan tengah dalam banyak hal. Dalam bidang akhlak semisalnya, sesuatu disebut akhlak ketika itu di tengah-tengah,” imbuhnya.
Contoh sifat tengah yang dipilih Al-Ghazali yaitu mengelola syahwat dan emosi secara bijak, tidak berlebihan dan tidak menghilangkan syahwat dan emosi. Secara naluri manusia memiliki kecenderungan, kekuatan, daya dalam dirinya berupa syahwat dan emosi atau marah.
Syahwat dan emosi, perasaan marah pada diri manusia itu tidak jelek. Menjadi jelek ketika marah berlebihan dan tidak dikendalikan. Begitu juga syahwat, jika terlalu minus maka akan jelek. Bisa-bisa mengalami rasa sakit karena tidak punya hasrat untuk makan atau hal lainnya.
“Dan sebaliknya, ketika syahwat tidak bisa dikendalikan maka akan berbahaya. Akhlak menurut Al-Ghazali berada di tengah antara syahwat yang lemah dan syahwat yang berlebihan,” tandasnya.(Hb)