Majalahaula.id – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep menggelar peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan Tasyakuran 1 Abad NU pada Kamis (09/03/2023) lalu. Kegiatan yang dipusatkan di Graha Nuansa BMTNU Jatim, Gapura, Sumenep itu momen menyatunya kultur dan struktur NU dengan spirit gotong royong dalam memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama.
Kebersamaan dan sinergi antara kultur dan struktur NU ini kerap digelorakan oleh PCNU Sumenep di bawah kepemimpinan KH Hafidhi Syarbini sebagai Rais Syuriyah dan KH A Pandji Taufiq sebagai Ketua Tanfidziyah. Modal besar ini menjadikannya sebagai salah satu nominator di ajang PWNU Jatim Award yang puncaknya bakal digelar di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada 18 Maret 2023 mendatang.
Sebelumnya, PCNU Sumenep melakukan presentasi keunggulan yang dilaksanakan di gedung Fastron Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) pada Ahad (22/01/2023) lalu. Dalam kesempatan itu, ia beradu keunggulan masing-masing bersama nominator lain untuk kategori PCNU terbaik kluster 2. Di antaranya, ialah PCNU Kabupaten Mojokerto, Pamekasan, dan Jember.
Ketua PCNU Sumenep KH A Pandji Taufiq mengatakan, spirit gotong royong menyatunya kekuatan kultur dan struktur NU pada acara tasyakuran 1 Abad NU tersebut merupakan modal utama memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama di Sumenep. Tercatat, kontribusi Nahdliyin di agenda akbar itu di antaranya berupa sumbangan beras, telur dan uang yang ditaksir mencapai puluhan juta.
“Terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi panjenengan semua dalam kegiatan Isra’ Mi’raj dan tasyakuran 1 abad NU,” ucap Kiai Pandji saat sambutan.
Di samping itu, sejumlah ibu-ibu yang tersebar di 9 titik di rumah-rumah warga juga bahu membahu menyiapkan aneka hidangan untuk acara yang dihadiri Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa itu. Masing-masing itu tanpa lelah menyiapkan masakan sejak dini hari antara 300 hingga 500 bungkus nasi guna diberikan kepada jamaah.
Sementara itu, salah satu panitia tasyakuran 1 Abad NU, A Quraysi Makki menegaskan, sukses tidaknya kegiatan NU tidak hanya diukur dari konsepnya yang megah. Tetapi lebih dari itu sejauhmana keterlibatan warga dalam bergotong-royong menyukseskan kegiatan tersebut.
“Ini pentingnya gerakan konsolidasi kita. Bahwa keterlibatan warga untuk acara-acara NU harus terus dirajut. Kuatnya kebersamaan ini menjadi modal dalam membangun peradaban sebagaimana visi dan misi PBNU,” tandasnya. (Hb)