Majalahaula.id – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengingatkan bahwa sebagai pemimpin harus selalu berpegang pada posisinya untuk menjaga agama menata negara. “Sesungguhnya menempatkan kepemimpinan itu pada posisi siasatul mardiyah. Maka posisinya adalah fii khirosatid diin wa siasatid dunya, jogo agomo noto negoro,” tegas Khofifah saat memberikan sambutan dalam Haul ke 28 Ustadz Wahab Turcham di Sekolah Khadijah Wonorejo Surabaya.
Ditambahkannya, apa yang telah dilakukan para pemimpin sesungguhnya hanya secuil dibandingkan dengan apa yang telah dikerjakan oleh para habaib, masyayikh, dan alim ulama. “Panjenengan sedaya (Habaib, masyayikh dan alim ulama – red) tidak hanya njagani negoro tapi panjenengan memberikan penguatan dari sisi spiritualitas yang luar biasa,” kata Khofifah.
Iapun menceritakan perbincangannya Bersama Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Saat itu kepada Khofifah, Jokowi bertanya bagaimana Indonesia yang merupakan negara yang cukup besar namun cepat dalam penanganan Covid-19. “Saya matur Presiden, selama covid memang banyak perkantoran wfh, tapi pesantren tetap berdoa riyadloh pagi siang sore tengah malam, mereka mendoakan masyarakat bangsa dan negaranya,” kisah mantan Menteri Sosial ini.
Karena itu, Khofifah mengucapkan terima kasih terutama untuk para Habaib, Masyayikh, dan alim-ulama karena telah istoqamah meriyadlohi bangsa dan negara dengan berbagai keikhlasan ke khusyuan yang luar biasa. “Mudah mudahan ini mengantarkan menjadi jariyah kita semua dan mudah-mudahan kita semua tercatat sebagai hamba Allah yang boleh nunut kyai masuk surgaNya Allah Amin,” pungkasnya.(Vin)