Majalahaula.id – Ribuan peserta dari berbagai sekolah di Kota dan Kabupaten Pasuruan ikut meramaikan Festival Dolanan Yok yang digelar di lapangan sepak bola Pondok Pesantren Terpadu Bayt Al Hikmah.
Festival Dolanan Yok adalah perlombaan tingkat SD/MI, SMP/MTs, serta SMA sederajat yang diselenggarakan langsung oleh para santri ponpes Bayt Al Hikmah.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan Kota Pasuruan Gus H M Nailurohman mengatakan, festival ini cara santri melestarikan budaya Indonesia karena di dalamnya terdapat berbagai lomba permainan tradisional dan lomba lagu-lagu tradisional yang mendidik dan menyenangkan.
“Ayo kita jaga jati diri kita yakni dengan cara menjaga budaya Indonesia di antaranya dengan cara dolanan,” katanya dalam penutupan Festival Dolanan Yok ke-7.
Menurutnya, permainan tradisional merupakan ajang bermain, berbahagia dan berinteraksi sosial tanpa gadget.
“Hari ini kita dapat mengetahui bahwasanya tanpa harus memegang gedget pun anak-anak bisa bahagia dengan cara bermain bersama teman-temannya,” ujarnya.
Gus Amak mengajak kepada para peserta untuk tetap melestarikan permainan tradisional supaya anak-anak tidak asing lagi dengan istilah dolanan karena mereka selalu berdampingan dengan gadget.
“Jangan sampai anak-anak kita kehilangan jati dirinya di tengah arus teknologi informasi yang sangat cepat,” terangnya.
Ketua Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalur Ansor Jawa Timur tersebut mengungkapkan, tema yang diambil dari Festival Dolanan Yok ke-7 adalah ‘Eksplore Padangnesia’ yakni budaya minang dan budaya Sumatera Barat.
“Indonesia kaya akan budaya. Bahasa daerahnya saja 300 dan itu kita angkat menjadi tema semuanya agar permainan tradisional asal Indonesia lebih dikenal oleh masyarakat khususnya anak-anak,” ungkapnya.
Sementara itu, Ning Widad Bariroh selaku Wakil Kepala Pondok Pesantren Bayt Al-Hikmah Kota Pasuruan menjelaskan, Dolanan Yok merupakan cara untuk mengeksplor budaya nusantara kepada masyarakat.
“Tema yang kami bawakan dalam Festival Dolanan Yok dari tahun ke tahun berbeda-beda. Tahun kemarin kami mengangkat tema Jawa dan Bali saat ini kami mengangkat tema pulau Sumatera Barat,” jelasnya.
Menurutnya, acara ini bisa menambah wawasan dan pengalaman karena di tengah serunya main game online sambil rebahan, anak-anak kecil malah memilih main panas-panasan, tanpa memakai alas kaki dan bermain kotor-kotor.
“Ketika anak-anak bermain ada beberapa yang mengalami cidera namun mereka tetap semangat bermain lagi pada saat semi final gobak sodor. Itulah serunya permainan tradisional,” tutupnya.