Search

Tantangan Abad Kedua NU adalah Jaga Persatuan

Majalahaula.id – Resepsi hari lahir NU yang memasuki abad kedua telah digelar di banyak lokasi. Puncaknya adalah di Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur pada Selasa, 7 Februari 2023 lalu. Dan salah satu pekerjaan rumah yang mendeasak untuk terus didengungkan yakni menguatkan persatuan dan kesatuan dalam merawat NU.

Penegasan ini disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz pada tasyakuran 1 abad NU di Pondok Pesantren Tebuireng yang dihadiri ratusan kiai sepuh dan pengurus NU, Kamis (16/02/2023) lalu. Baginya, hal terpenting pertama kali dalam khidmat di NU yaitu berjalan bersama membesarkan NU. Tidak sibuk saling sikut antar warga NU. Dengan begitu, maka energi yang ada dihabiskan untuk hal positif. “Pada momentum abad ke-2 NU ini yang tak kalah penting yakni bagaimana ukhuwah atau persatuan itu tetap terjaga dengan baik,” jelas kiai yang akrab disapa Gus Kikin ini.

Baca Juga:  Merdeka Mengharuskan Bangsa Indonesia Siap Berbenah

Ia menambahkan bahwa sikap khas dari muassis NU yaitu mendahulukan kepentingan bersama yang lebih besar dibandingkan kepentingan pribadi atau kelompok. Kepentingan besar tersebut yakni umat dan bangsa Indonesia. Pesan Gus Kikin ini senada dengan nasihat dari KH M Hasyim Asy’ari di Qonun Asasi Nahdlatul Ulama yang menyebutkan pentingnya persatuan di NU. Perpecahan merupakan pintu masuk bagi setan-setan untuk memangsa seseorang, sebagaimana serigala yang memangsa kambing yang terpisah dari rombongannya. “Ada beberapa hal yang sering diabaikan oleh seseorang yakni mengedepankan kepentingan-kepentingan pribadi di atas kepentingan umat dan bangsa,” imbuhnya.

Gus Kikin menjelaskan, NU dibangun oleh para muassis dengan semangat mengabdi kepada agama, umat, dan bangsa. Sehingga sangat kental dengan sikap keihklasan, kerja sama, dan saling support. Saat ini pengurus NU punya tugas kemanusiaan yaitu mengelola sumber daya manusia NU menjadi unggul. Memperuncing perbedaan hanya membuat timbulnya kelemahan, kekalahan, dan kegagalan. Oleh sebab itu dirinya kembali mengingatkan semua kalangan, khususnya para pengurus jamiyah untuk menjaga kepentingan yang lebih panjang. “Kepentingan kemanusiaan, kepentingan bangsa itu jauh lebih penting dari kepentingan pribadi,” tandasnya. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA